Liputan-Madura. BANGKALAN – Nelayan di Kabupaten Bangkalan, masih belum bisa beraktivitas secara normal. Kini, mereka sebagian besar mengalami kesulitan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari, terutama dalam memperoleh sembilan bahan pokok (sembako), karena tidak punya uang.
Ketua LSM Jimbaran Bangkalan, M Taufan menyatakan, beberapa nelayan yang ada di pesisir laut, baik itu di Kecamatan Arosbaya dan Tanjung Bumi, hampir sekitar 3 bulan tidak melaut secara normal. Kondisi tersebut, disebabkan oleh faktor cuaca sekitar yang kurang bersahabat.
“Kini bukan hanya persoalan tidak melaut saja. Malah sudah bergeser pada wilayah lain, seperti terancam tidak bisa membeli kebutuhan pokok karena tidak ada pemasukan,” ujarnya, Selasa (15/2/2011).
Taufan menjelaskan, kondisi di sekitar pesisir laut di Kabupaten Bangkalan, tidak ubahnya seperti tempat parkir perahu. Bilapun ada nelayan yang datang, hanya sebatas menengok perahu, sekaligus menguras genangan air laut yang memasuki badan perahu dan mencuci jaring.
Para nelayan sendiri, sering kucing-kucingan dengan cuaca. Menurutnya, bila cuaca tidak seberapa buruk, ada sebagian nelayan yang melaut. Namun, kalau sudah sampai di tengah laut kondisi cuaca berubah, datang mendung tebal yang disertai angin kencang, nelayan langsung balik kanan takut terjadi hal yang tidak diinginkan.
“Yang pasti, mereka (nelayan) tidak bisa melaut secara normal. Ya karena cuaca sekitar lagi tidak kompromi. Mereka juga manusia, masih takut dengan celaka,” ungkap Taufan.
Akibat masih belum melaut secara normal tersebut, sebagian besar nelayan, kini beralih profesi menjadi petani padi dadakan. Sebab, hampir di sebagian besar Kecamatan Arosbaya dan Tanjung Bumi, juga terdapat hamparan sawah tadah hujan yang cocok ditanami padi.
“Nah, ketika beralih menjadi petani padi dadakan yang memanfaatkan lahan kosong. Mereka juga kesulitan masalah dana, sehingga ada yang terpaksa menjual emas dan yang lain,” urainya.
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi (Dinsosnakertras) Kabupaten Bangkalan, Sabar Santoso, menyatakan para nelayan yang tidak bisa melaut akibat cuaca buruk, tidak bisa mendapat bantuan dari pemerintah.
Alasanya, kondisi tersebut bukan merupakan bencana alam. “Kalau nelayan yang tidak melaut, tidak bisa dapat bantuan. Kami hanya memberikan santunan pada mereka yang menjadi korban bencana seperti puting beliung dan longsor,” ujarnya.
Sabar menambahkan, penyebab tidak melautnya para nelayan karena cuaca sehingga mereka tidak masuk dalam ketegori korban bencana. Sejauh ini, tidak ada alokasi anggaran bantuan untuk para nelayan yang tidak melaut. “Aturannya jelas, mereka yang mendapatkan bantuan hanya berlaku bagi korban bencana, bukan karena cuaca buruk seperti nelayan tidak melaut,” ucapnya.
Ketua LSM Jimbaran Bangkalan, M Taufan menyatakan, beberapa nelayan yang ada di pesisir laut, baik itu di Kecamatan Arosbaya dan Tanjung Bumi, hampir sekitar 3 bulan tidak melaut secara normal. Kondisi tersebut, disebabkan oleh faktor cuaca sekitar yang kurang bersahabat.
“Kini bukan hanya persoalan tidak melaut saja. Malah sudah bergeser pada wilayah lain, seperti terancam tidak bisa membeli kebutuhan pokok karena tidak ada pemasukan,” ujarnya, Selasa (15/2/2011).
Taufan menjelaskan, kondisi di sekitar pesisir laut di Kabupaten Bangkalan, tidak ubahnya seperti tempat parkir perahu. Bilapun ada nelayan yang datang, hanya sebatas menengok perahu, sekaligus menguras genangan air laut yang memasuki badan perahu dan mencuci jaring.
Para nelayan sendiri, sering kucing-kucingan dengan cuaca. Menurutnya, bila cuaca tidak seberapa buruk, ada sebagian nelayan yang melaut. Namun, kalau sudah sampai di tengah laut kondisi cuaca berubah, datang mendung tebal yang disertai angin kencang, nelayan langsung balik kanan takut terjadi hal yang tidak diinginkan.
“Yang pasti, mereka (nelayan) tidak bisa melaut secara normal. Ya karena cuaca sekitar lagi tidak kompromi. Mereka juga manusia, masih takut dengan celaka,” ungkap Taufan.
Akibat masih belum melaut secara normal tersebut, sebagian besar nelayan, kini beralih profesi menjadi petani padi dadakan. Sebab, hampir di sebagian besar Kecamatan Arosbaya dan Tanjung Bumi, juga terdapat hamparan sawah tadah hujan yang cocok ditanami padi.
“Nah, ketika beralih menjadi petani padi dadakan yang memanfaatkan lahan kosong. Mereka juga kesulitan masalah dana, sehingga ada yang terpaksa menjual emas dan yang lain,” urainya.
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi (Dinsosnakertras) Kabupaten Bangkalan, Sabar Santoso, menyatakan para nelayan yang tidak bisa melaut akibat cuaca buruk, tidak bisa mendapat bantuan dari pemerintah.
Alasanya, kondisi tersebut bukan merupakan bencana alam. “Kalau nelayan yang tidak melaut, tidak bisa dapat bantuan. Kami hanya memberikan santunan pada mereka yang menjadi korban bencana seperti puting beliung dan longsor,” ujarnya.
Sabar menambahkan, penyebab tidak melautnya para nelayan karena cuaca sehingga mereka tidak masuk dalam ketegori korban bencana. Sejauh ini, tidak ada alokasi anggaran bantuan untuk para nelayan yang tidak melaut. “Aturannya jelas, mereka yang mendapatkan bantuan hanya berlaku bagi korban bencana, bukan karena cuaca buruk seperti nelayan tidak melaut,” ucapnya.
sumber: okezone
Tidak ada komentar:
Posting Komentar