Liputan-Madura. SUMENEP – Abrasi laut mengikis keindahan Pulau Sapeken. Sepanjang satu kilometer di bagian timur pesisir pulau itu mulai tergerus air laut. Abrasi yang merusak bibir pantai dan memorak-porandakan keindahan pasir putih dan pohon cemara udang itu mencapai 20 meter dari bibir pantai ke daratan yang penuh permukiman warga.
“Abrasi laut merusak bibir pantai dan mengancam permukiman warga. Kondisi makin parah saat terjadi air pasang seperti yang terjadi belakangan ini,” kata salah satu warga Pulau Sapeken ditemui, Minggu (13/2).
Anggota DPRD Kabupaten Sumenep, Nur Asur juga membenarkan adanya ancaman abrasi laut di bibir pantai bagian timur pesisir Pulau Sapeken. Menurutnya pesisir pantai yang rusak akibat diterjang air laut itu hampir mengelilingi Pulau Sapeken. Semisal di Pulau Pagerungan Kecil, Pulau Sabuntan, dan Pulau Saebus.
“Kondisinya sudah sangat mengkhawatirkan. Sebab abrasi laut itu bila tidak cepat ditanggulangi akan merusak ratusan rumah warga pesisir yang jaraknya tinggal 3 sampai 4 meter,” kata Nur Asur.
Bahkan dari kantor kecamatan atau Kampung Baru menuju kampung Raas, Sapeken, air laut sudah menghantam tembok rumah warga. “Bila tidak cepat diatasi, rumah warga akan rusak akibat abrasi itu,” terangnya.
Abrasi laut juga mengancam keselamatan jalan protokol Sapeken. Sebab tanaman mangrove yang selama ini menjadi penyangga jalan protocol susah hidup di bibir pantai yang penuh pasir.
Kalau pun ada yang hidup, kata dia, tidak mampu bertahan lama. Itu dibuktikan dengan menanam bibit mangrove hasil swadaya masyarakat setempat beberapa waktu lalu. “Saat ini tinggal 20 persen yang hidup. Itu pun tidak sempurna,” ucapnya.
Dia meminta pada pemerintah daerah agar membuat tangkis laut berlapis, yakni tangkis laut dari batu karang yang ditempatkan di pantai dan membangun tangkis laut di bibir pantai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar