Sabtu, 26 Februari 2011

Pengumuman

Kepada seluruh Pembaca setia Liputan-Madura, kami mohon maaf selama 2 hari kedepan, Liputan-Madura tidak akan memposting berita dan informasi. Karena Admin akan mengikuti pelatihan yang diadakan oleh detik.com. Kami ucapkan terimaksih atas kesetiaan anda di blog kami. dan semoga kami dapat memberikan informasi yang anda butuhkan. :-)

Kendaraan Pribadi Dilarang Masuk Terminal Pamekasan

Liputan-Madura. Guna menghindari kesemrawutan dan menata kenyamanan dalam Terminal Ceguk Pamekasan, kendaraan pribadi atau kendaraan pengantar dan penjemput penumpang, dilarang masuk ke areal bus di Terminal Ceguk Pamekasan.

Haji M BAHRUN Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Pamekasan, Kamis (25/02), mengatakan, adanya aturan yang tidak memperbolehkan kendaraan pribadi masuk areal bus Terminal Ceguk Pamekasan merupakan kebijakan lama agar terminal berfungsi sebagai mana mestinya yakni menurunkan dan menaikkan penumpang.

“Kendaraan pribadi dilarang masuk ke areal bus itu bukan kebijakan baru, sudah lama ya. Dan ini kita berlakukan agar terminal tidak semrawut oleh kendaraan roda 2 dan roda 4,”kata BAHRUN.

Untuk kendaraan pengantar atau penjemput penumpang, kata BAHRUN, bisa parkir di depan terminal, dimana tempat parkirnya lebih representatif dan dijamin keamanannya. Selain itu, Kadishub berjanji untuk kenyamanan penumpang, para pengamen dan pedagang asongan juga ditertibkan, baik yang masuk ke areal terminal ataupun masuk ke dalam bus.

“Untuk kenyamanan penumpang, kita tertibkan juga pedagang asongan dan pengamen. Jadi kita tertibkan dengan cara masuk dua orang, dua orang,”pungkasnya.

Sumber: suarasurabaya

DPRD Pamekasan Godok Raperda Pelarangan Ahmadiyah

Liputan-Madura. Pamekasan - Dampak negatif atas kehadiran Ahmadiyah di sejumlah daerah di Indonesia, menggerakkan Komisi A DPRD Pamekasan akan menyusun Raperda Pelarangan Ahmadiyah berkembang di Pamekasan.

Terlebih pemerintah pusat dinilai melakukan pembiaran atas kisruh Ahmadiyah yang belakangan semakin anarkis. Bahkan telah memakan korban jiwa seperti kasus Cikeusik, Pandeglang.

"Ekses negatif dan adanya pembiaran pemerintah pusat itulah yang menjadi pijakan pertimbangan kami menseriusi pembuatan lembar Raperda Pelarangan Ahmadiyah di Pamekasan," kata Ketua Komisi A, Suli Faris, Jumat (25/2/2011).

Untuk menyusun batang tubuh raperda, Komisi A DPRD Pamekasan akan mengundang pemuka organisasi agama Islam. Seperti, NU, Muhamadiyah, Persis, Al Irsyad, FPI, FMU (Forum Musyawarah Ulama), dan MUI.

"Selain mengundang kalangan pemuka agama Islam, kami juga akan mengundang tokoh organisasi mahasiswa berbasis Islam. Masukan dari segenap tokoh Islam itu, akan kami jadikan bahan penyusunan batang tubuh raperda," jelas Suli Faris yang politisi Partai Bulan Bintang itu.

Setelah penyusunan batang tubuh raperda selesai, Suli Faris akan mengundang pejabat pemerintah terkait kehidupan beragama di Pamekasan.

"Doakan saja, penyusunan Raperda Pelarangan AHmadiyah di Pamekasan bisa lancar dan akhirnya bisa disahkan menjadi perda seperti yang dilakukan Pemprov Banten," tutup Suli.

sumber: detik

Jumat, 25 Februari 2011

FKMP Menyoal Transparansi Tes CPNS Pamekasan

Liputan-Madura.orum Komunikasi dan Monitoring (FKMP) Pamekasan, Kamis (24/02) pagi menggelar demo ke Pemkab Pamekasan terkait rekrutmen CPNS, tahun 2010, yang dinilai tidak memuaskan dan cenderung tidak transparan.

Dalam orasinya, mereka menuntut agar hasil tes CPNS 2010 lalu di kembalikan lagi kepada peserta. Jika perlu lembar jawaban ditempel atau diumumkan secara terbuka.

SAHUR ABADI koordinator aksi mengatakan jika Pemkab Pamekasan tidak segera melakukan tuntutan mereka itu, maka indikasi semakin kuat kalau rektrumen CPNS 2010 sarat dengan korupsi.

“Kenapa begitu takutnya Pemkab untuk menunjukkan kepada kita semua hasil dari tes itu. Dengan demikian peserta CPNS menjadi puas terhadap hasilnya sehingga kita juga tahu pantas atau tidak peserta ini menjadi PNS,” tegas SAHUR.

Hadir menemui mereka HADI SOEWARSO Sekdakab Pamekasan dan Kepala BKD, LUKMAN HEIDI yang juga panitia Rekrutmen CPNS 2010. serta SULI FARIS Ketua Komisi A DPRD Pamekasan.

Menanggapi tuntutan mereka itu, HADI SOEWARSO Sekdakab menyatakan, pihaknya tidak bisa memenuhi tuntutan mereka karena terbentur MoU dengan ITB sebagai panitia pembuat soal. Berkas jawaban itu semua menjadi rahasia negara.

Pengunjuk rasa akhirnya membubarkan diri dengan kecewa karena menilai Pemkab tidak berpihak kepada rakyat. Pemkab Pamekasan tidak berani untuk benar-benar terbuka dan transparan. 

Masih Remaja, Namun Sangat Ahli Curanmor

Liputan-Madura. Aparat kepolisian dari jajaran Reskrim Polres Sampang, Madura, Jawa Timur, Kamis (24/2/2011) berhasil menangkap dua orang remaja komplotan pencurian sepeda motor yang selama ini meresahkan warga setempat.
Kedua remaja yang masih di bawah umur itu masing-masing Kholik (19) dan Tohir (17). Kholik berperan sebagai pencuri, sedangkan Tohir sebagai penjual hasil kejahatan Kholik.
"Kedua tersangka, adalah warga Desa Ketapang Laok, Kecamatan Ketapang, Sampang," kata Kasat Reskrim Polres Sampang AKP Supriyono.
Menurut catatan polisi, satu dari dua tersangka pelaku tindak pidana pencurian bernama Tohir itu merupakan residivis, karena sebelumnya yang bersangkutan pernah divonis tujuh bulan hukuman penjara oleh PN Sampang dengan kasus yang sama pada 2008 lalu.
AKP Supriyono menjelaskan, kedua tersangka berhasil diamankan polisi setelah ada laporan dari masyarakat tentang adanya pencurian di Desa Ketapang laok.
Atas laporan tersebut, polisi selanjutnya melakukan penyelidikan, hingga akhirnya berhasil menangkap kedua orang tersebut, berikut barang buktinya berupa satu unit sepeda motor merk Yamaha dari hasil tindak kejahatan yang mereka lakukan.
"Kini kedua pelaku tindak pidana pencurian tersebut telah meringkuk di ruang tahanan Polres Sampang," kata Supriyono menjelaskan.
Kedua tersangka dijerat pasal berbeda. Kholik dikenai Pasal 363 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tentang Pencurian dengan ancaman tujuh tahun hukuman penjara.
Sedangkan Tohir dijerat pasal 480 KUHP tentang Persekongkolan Kejahatan dengan ancaman empat tahun penjara.


sumber: kompas

Akan Dibuka, Samsat di Kepulauan Jatim

Liputan-Madura. Pimpinan Polres Sumenep, Madura, Jawa Timur, berencana membuka pelayanan Sistem Administrasi Manunggal di Bawah Satu Atap (Samsat) di Pulau Kangean, guna melayani proses pembayaran pajak kendaraan bermotor di wilayah tersebut.

Kasat Lantas Polres Sumenep, AKP P Sujatmiko, Kamis (24/2), menjelaskan, selama ini, warga kepulauan yang ingin membayar pajak kendaraan bermotor harus datang ke Kantor Sistem Administrasi Manunggal di Bawah Satu Atap (Samsat) di Kecamatan Kota.

"Pada tahun ini, kami ingin memberi kemudahan bagi warga kepulauan, utamanya di Kecamatan Arjasa dan Kangayan, Pulau Kangean, supaya tidak usah jauh-jauh datang ke Kota untuk bayar pajak kendaraan bermotor, dengan cara akan membuka pelayanan Samsat di wilayah tersebut," katanya di Sumenep.

Ia mengatakan, pihaknya telah menyiapkan segala sesuatunya terkait dengan rencana membuka pelayanan Samsat di Pulau Kangean.

"Semuanya sudah siap dan tinggal peresmiannya saja. Sejak beberapa waktu lalu, kami sudah mematangkan rencana ini dengan pimpinan Dinas Pendapatan Jawa Timur di Sumenep dan PT Jasa Raharja. Kantor maupun personel yang akan bertugas di Pulau Kangean, sudah disiapkan," paparnya menerangkan.

Sumenep memiliki 27 kecamatan dan sembilan di antaranya berada di wilayah kepulauan.

"Kami memang baru akan membuka pelayanan Samsat di Pulau Kangean, karena ini juga terkait dengan keberadaan lembaga perbankan sebagai tempat penyimpanan uang pembayaran pajak kendaraan bermotor. Untuk sementara, lembaga perbankan yang punya perwakilan di kepulauan, baru ada di Pulau Kangean," kata Sujatmiko menuturkan.

Data di Kantor Samsat Sumenep, kata dia, potensi wajib pajak kendaraan bermotor di Pulau Kangean sekitar seribu orang.

"Namun, bisa saja jumlah kendaraan bermotor di Pulau Kangean itu sebenarnya lebih dari seribu unit, karena yang lainnya tidak tercatat bayar pajak, akibat pemiliknya malas membayar pajak ke Kantor Samsat yang berada di Kota. Kalau ke Kota, warga kepulauan butuh biaya lagi," ujarnya.

sumber: gatra

Mesum Bareng di Hotel Ditangkap Satpol

Liputan-Madura. Pamekasan, Oknum tenaga harian lepas Pemkab Sumenep yang diduga berbuat mesum terjaring razia Satpol PP Pamekasan, Madura, Jawa Timur, di salah satu hotel di wilayah itu.
"Menurut pengakuannya oknum THL yang terjaring razia Satpol PP, si THL itu berkerja di salah satu Puskesmas di Pulau Kangean Sumenep," kata Kepala Satpol PP Kusairi, Kamis (24/2/2011) sore.
Selain menangkap pasangan mesum THL asal Sumenep, petugas gabungan antara Satpol PP dengan Polres Pamekasan ini juga berhasil menangkap salah satu oknum Kepala Dusun di Desa Larangan Luar di lokasi hotel yang sama.
Saat diinterogasi petugas, oknum Kadus yang tertangkap tangan petugas berduaan di sebuah kamar hotel ini mengaku, perempuan yang bersamanya merupakan istri, tapi nikah siri.
Menurut Kepala Satpol PP Kusairi, ada tiga pasangan mesum yang tertangkap petugas dalam operasi gabungan yang digelar Kamis itu.
"Ketiganya kini dimasih dimintai keterangan di kantor Sampol PP dan untuk selanjutkan akan diproses lebih lanjut sesuai dengan ketentuan yang berlaku," kata Kusairi.
Selain menahan ketiga pasangan yang ketahuan berbuat mesum di kamar hotel itu, polisi juga akan memanggil pemilik hotel, karena telah mengizinkan pasangan yang tidak mengantongi surat nikah menginap di hotel tersebut.
"Pemilik juga akan kami panggil dan akan kami mintai keterangan terkait persoalan ini," katanya.

sumber: kompas

Kamis, 24 Februari 2011

Susunan Pengurus

Kenapa dinamakan susunana Pengurus, karena liputanmadura.com perlu di urus untuk mewujudkan cita-citanya sebagai Portal Informasi pulau Madura. Apakah Pengurus di gaji? Sepertinya belum, dan entah kapan akan di gaji :-). Kalau ada yang berkenan memberikan Gaji silahkan Buka Link Berikut Donasi.


Pendiri


ReporterTautan
(Tukang Posting)



Divisi Iklan
(Semoga ada)



Rabu, 23 Februari 2011

Kasus Verivikasi Bakal Calon Ketua Umum PSSI Menggelar Agenda People Power

Liputan-Madura.

Wacana people power yang mereka agendakan mulai disusun. Juru bicara kubu Jenggala Saleh Ismail Mukadar mengungkapkan, ia dan tim sukses yang berada di daerah lain sudah mengondisikan massa di daerahnya masing. Aksi pertama sudah dimulai Minggu (20/2) lalu.

"Asosiasi Suporter Indonesia, dan The Jakmania sudah mengawali. Akan ada aksi lebih besar ke Senayan," ujar Saleh, Minggu (20/2) di Kantor KONI Jatim, Surabaya.

Suporter Surabaya sendiri sudah melakukan aksi di Bali. Aksi yang sama kabarnya juga akan terjadi di beberapa daerah lain. "Ini akan menjadi gelombang besar yang akan menghantam dan menjungkirkan Nurdin dan kroni-kroninya," terang Saleh.

Rencananya, ribuan Bonek Mania yang saat ini berada di Bali untuk mendukung Persebaya 1927 bertandang ke markas Bali de Vata langsung bergerak menuju Senayan. "Saya akan mendukung penuh rencana itu. Hanya dengan cara itu, kita bisa hancurkan tirani status quo," ujar La Nyalla Mattalitti, Wakil Ketua Umum KONI Jatim.

Tak hanya dengan cara itu, Nyalla juga berkoordinasi dengan tim-tim di Jatim untuk menolak keputusan Komite Pemilihan terkait hasil verifikasi. "Nyaris semua klub di Jatim, kecuali Deltras, masih solid dukung George Toisutta dan Arifin. Kami akan dorong mereka juga bergerak," tutur Nyalla.

Saleh dan Nyalla menghimbau pada pemerintah agar mengambil alih kepemimpinan PSSI. "Menpora dan KON/KOI harus bertindak, karena Nurdin dan kroni-kroninya telah melakukan kejahatan sistematis. Kami akan datang ke Jakarta untuk menemui Menpora sekaligus menyatakan perang terhadap Nurdin," papar Nyalla.

Sayang, kubu Jenggala tak menyebutkan berapa jumlah pasti massa dari Jatim yang akan meluruk ke Kantor PSSI. "Jumlahnya puluhan ribu, selain Bonek Mania, Kacong Mania (suporter Perseba Bangkalan) Sakera Mania (suporter Persekabpas) juga beberapa suporter lainnya yang akan berangkat ke sana dengan beberapa gelombang," kata Nyalla.

sumber: bolanews

Pemilihan Komek PSSI Kampanye untuk Mendapatkan Dukungan

Liputan-Madura.

Sayang, tak semua calon anggota Komek yang maju dalam pemilihan bersedia buka mulut terkait program yang ia paparkan.

Hal itulah yang tampak pada salah satu calon anggota Komek asal Jatim, Haruna Soemitro. Mantan Ketua Pengprov PSSI Jatim yang tersangkut kasus korupsi dana KONI untuk tim sepak bola PON Jatim Rp 45 juta itu memilih bungkam.

Haruna terkesan menjauh dari hingar bingar sepak bola Jatim sejak kasus korupsi yang memaksanya mundur dari Kursi Ketua Pengprov PSSI Jatim lalu.

Sebagai calon anggota Komek periode 2011-2015, tak banyak yang mengetahui program dan janji-janji yang diberikan Haruna.

"Saya heran dengan tim verifikasi, Haruna yan jelas-jelas sedang terbelit kasus korupsi di Kejaksaan Tinggi Jatim bisa lolos?" ujar La Nyalla Mattalitti, Wakil Ketua Umum KONI Jatim.

Hal yang sama juga dipertanyakan kubu Perseba Bangkalan (pemilik hak suara). Manajernya Pinky Hidayati menyatakan, Haruna nyalinya kecil.

"Dia sekarang sedang tiarap. Karena akan kami laporkan masalah ini ke kejaksaan," tuturnya.


sumber: bolanews

Soal PSSI Tandingan, KONI Pamekasan Wait and See

Liputan-Madura. Hingga saat ini, Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pamekasan masih belum mengeluarkan pendapat atau pernyataan resmi terkait isu pembentukan PSSI tandingan, sebagai buntut dari pro kontra pemilihan calon Ketua Umum PSSI Nasional yang akhirnya memunculkan NURDIN HALID dan NIRWAN BAKRIE.

Menurut LUKMAN ALHAKIM Sekretaris KONI Pamekasan, sampai saat baik ketua KONI maupun pengurus KONI Pamekasan masih menunggu perkembangan lebih lanjut. Misalnya, surat atau konfirmasi dari KONI Jawa Timur.

Secara umum, kata LUKMAN, KONI Pamekasan tidak bisa ikut campur secara langsung dengan rumah tangga PSSI. Namun jika perkembangan berikutnya mengharuskan ada upaya memaksimalkan perkembangan sepak bola terkait suksesi calon ketua PSSI Pusat, maka akan dibicarakan lebih lanjut.

sumber: suarasurabaya

“Sampai saat ini tidak ada pernyataan resmi dari KONI Pamekasan terkait aksi penolakan terhadap pencalonan ketua umum PSSI, termasuk dari Ketua Umum KONI Pamekasan,”ujar LUKMAN saat dihubungi karimatafm.com, Rabu (23/02)

KONI Pamekasan Tolak Nurdin Halid

Liputan-Madura. Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia [KONI] Pamekasan, Madura, Jawa Timur, Mohammad Yasir Aziz, menegaskan bahwa dirinya menolak Nurdin Halid kembali menjadi ketua umum PSSI periode berikutnya.

"Secara pribadi saya memang tidak setuju PSSI ini dipimpin oleh mantan narapida," kata Mohammad Yasir Aziz

Yasir mengungkapkan bahwa dirinya prihatin dengan hasil verifikasi yang hanya meloloskan nama Nurdin dan Nirwan Bakrie sebagai calon ketua umum PSSI periode 2011-2015.

"Jika Nurdin Halid yang selama ini bermasalah masih bersikukuh mencalonkan diri sebagai ketua PSSI, bagaimana jadinya masa depan sepak bola di negeri ini," katanya.

Yasir juga mendukung segala gerakan yang tumbuh karena menginginkan Nurdin Halid mundur. Yasir juga menganggap pembentukan PSSI tandingan di Jawa Timur adalah salah satu cara untuk lebih mengembangkan sepakbola ke arah lebih baik, terutama di Jawa Timur.

sumber: goal.com

Tiap Lupa Sembah Suami, Masriah Disiksa

Liputan-Madura. Penderitaan fisik dan psikis sudah dirasakan selama bertahun-tahun oleh Masriah (35). Namun, ia berusaha tabah sebagai istri ke-4 Zainuddin (55), demi satu-satunya anak hasil perkawinan mereka. Tapi, kemarin kesabaran Masriah sudah mencapai batas.

Andai Masriah tak melayat saudaranya di kampung halamannya pada Minggu (20/2/2011) lalu, mungkin saja kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dialaminya tak akan masuk ke ranah hukum.
Pada hari itu, Masriah tiba di Desa Banasare, Kecamatan Rubaru, Sumenep, untuk takziah ke salah-satu anggota keluarganya yang baru saja meninggal dunia. Meski berkerudung, lebam-lebam pada wajah dan matanya tampak jelas saat ia berkumpul dengan sanak saudaranya.

Melihat itu, seorang saudaranya bertanya ada apa. Sebab, tak mungkin hanya karena tangisan duka akibat meninggalnya saudara, mata Masriah lebam menghitam seperti itu. Akhirnya, Masriah bicara apa adanya. Dia bahkan menunjukkan pula memar-memar di kepala dan punggungnya.

Ia mengatakan, dua hari sebelum takziah itu dirinya dihajar oleh Zainuddin dari pukul 7 pagi hingga pukul 7 malam. Penyebabnya ternyata sepele. “Saya menyuguhkan sarapan pagi ke suami, tetapi lupa menyediakan air minum,” tutur Masriah, Selasa (22/2/2011) kemarin.

Akibat kelupaan itu, Zainuddin memanggil dan memarahi habis-habisan Masriah. Ia dituding sudah tidak setia dan tidak ikhlas dalam melayani keperluan suaminya.

Saat itu juga, Masriah mengaku salah dan minta maaf. Ia berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya. “Namun ketika saya mengakui salah dan minta maaf, suami langsung membentak dan mendorong tubuh saya hingga terjerembab,” katanya.

Tatkala Masriah berusaha bangkit untuk bersimpuh memohon ampun kembali, suaminya justru tambah emosional. Zainuddin menjambak rambutnya, memukul lagi wajahnya dan kembali menendang sampai Masriah terjungkal.

Tidak kuat menahan sakit, Masriah menangis sehingga mengundang kedatangan anaknya, berikut istri pertama dan ketiga Zainuddin. Tapi, walau anaknya menangis dan istri-istri yang lain berusaha melerai, Zainuddin tidak memedulikan. Malah mereka diancam agar tidak ikut campur.

Beberapa tetangga yang mendengar ribut-ribut juga hanya bisa melongo sambil melihat dari luar. Mereka tidak berani masuk ke rumah Zainuddin karena pria itu memegang sebilah pisau yang ditodongkan ke leher Masriah.

“Hari itu saya masih ingat, sepanjang hari hingga malam saya mendapat siksaan. Saya sudah tidak kuat lagi hidup serumah dengan suami penyiksa istri. Saya mohon kepada pak polisi agar suami saya ditangkap dan ditahan,” kata Masriah saat melapor ke markas Polres Pamekasan.

Masriah melaporkan tindakan suaminya itu didampingi Abdullah, Kepala Desa Banasare, Kecamatan Rubaru, Sumenep. Keluarga besar Masriah juga memberi dukungan penuh bagi pengusutan KDRT itu.

Sejak dinikahi Zainuddin, Masriah tinggal bersama suaminya itu di Desa Batubintang, Kecamatan Batumarmar, Kabupaten Pamekasan.

Dari penuturan Masriah lebih lanjut, cara suaminya memperlakukan istrinya ternyata nyeleneh dan mirip praktik perbudakan. Misalnya, setiap Masriah ke luar rumah, baik pergi ke pengajian, ke toko, pasar atau ke rumah tetangga, dirinya diwajibkan mencium tangan dan menyembah Zainuddin lebih dulu, seperti prajurit menyembah raja.

Kewajiban menyembah itu hanya tidak berlaku jika Masriah pergi ke kamar mandi. “Suami saya itu ingin diperlakukan bagai seorang raja,” paparnya.

Jika ia lupa melakukan “tata cara” yang diterapkan suaminya itu, maka tamparan dan hajaran, termasuk dengan kayu, akan diterima Masriah. “Tidak peduli ada istri-istri yang lain dan dilihat banyak orang, suami saya tetap marah dan memukul saya. Jika tidak kasihan pada anak, dari dulu saya sudah minta cerai,” ungkap Masriah yang memiliki anak berusia 8 tahun dari pernikahannya pada tahun 2000 dengan Zainuddin. “Saya sudah tidak tahan, makanya saya melapor,” ucapnya.

Sementara itu, Kepala Satuan Reskrim Polres Pamekasan, AKP Nuramin, mengatakan, ia sudah meminta keterangan Masriah. Pihaknya masih akan menyelidiki kasus ini, termasuk memanggil beberapa saksi.

Jika kasus penyiksaan ini terbukti, polisi akan menjerat Zainudin Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Pasal 84 tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga. “Ancaman hukumannya 5 tahun penjara,” kata Nuramin.

sumber: kompas

Peserta UN di Sumenep Mencapai 25.810 Siswa

Liputan-Madura. SUMENEP - Sebanyak 25.810 siswa sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas sederajat di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, terdaftar sebagai peserta ujian nasional pada tahun ini. Kabid Pendidikan Menengah Dinas Pendidikan Sumenep Ata'ur Rahman, Rabu (23/2) menjelaskan, semua siswa kelas IX SMP dan XII SMA sederajat memang terdaftar secara otomatis sebagai peserta ujian nasional.

"Sesuai data yang kami miliki, jumlah keseluruhan siswa SMP dan SMA sederajat di Sumenep yang tercatat sebagai peserta ujian nasional pada tahun ini sebanyak 25.810 orang," katanya.

Rinciannya, jumlah siswa IX SMP sederajat sebanyak 16.054 orang, yakni 6.717 siswa SMP dan 9.337 siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs). Kemudian, 4.280 siswa kelas XII SMA, 4.818 siswa di Madrasah Aliyah (MA), dan 658 siswa di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

"Untuk peserta ujian nasional tingkat SMP sederajat tersebar di 138 lembaga pendidikan, yakni 40 SMP negeri, 12 SMP swasta, 2 MTs negeri, dan 84 MTs swasta," ujar Ata'ur Rahman.

Sementara peserta ujian nasional tingkat SMA sederajat tersebar di 51 lembaga pendidikan, yakni 11 SMA negeri, 15 SMA swasta, 1 MA negeri, dan 24 MA swasta. "Untuk peserta ujian nasional SMK di Sumenep hanya tersebar di dua SMK yang semuanya berstatus negeri," katanya.

Ata'ur Rahman juga mengemukakan, pada tahun 2011 ini digelar ujian nasional utama dan ujian nasional susulan. "Ujian nasional susulan diperuntukkan bagi siswa yang tidak mengikuti ujian nasional utama, dengan alasan yang diperkenankan seperti sakit yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter," katanya.

Pelaksanaan ujian nasional utama SMA pada tahun 2011 dijadwalkan pada 18-21 April dan ujian nasional susulannya pada 25-28 April. Sementara ujian nasional utama SMP akan dilaksanakan pada 25-28 April dan ujian nasional susulannya pada 3-6 Mei.


sumber: republika

Pembunuhan Berlatar Isu Santet Marak di Sumenep

Liputan-Madura.Pembunuhan berlatar isu dukun santet marak di Sumenep, Jawa Timur. Data Kepolisian Resor Sumenep menyebutkan dalam sebulan terakhir terjadi tiga kasus pembunuhan terhadap orang yang diduga dukun santet.
Kepala Polres Sumenep Ajun Komisaris Besar Susanto mengungkapkan, pembunuhan berlatar isu santet terakhir menimpa Alwan, 65 tahun, warga Desa Beringan, Kecamatan Dasuk. Dia dibunuh Senin malam lalu. Mayatnya baru ditemukan esok keesokan harinya dengan kondisi mengenaskan. "Kami akan terus berupaya menyeret para pelaku ke penjara," katanya, kemarin.

Susanto mengakui sulit mengungkap pelaku pembunuhan terhadap dukun santet. Sebab, mayoritas saksi selalu bungkam ketika ditanya polisi. Termasuk dalam kasus Alwan, karena kesulitan mencari saksi, polisi akhirnya memintai keterangan anak dibawah umur yang kesaksiannya tidak bisa dibuktikan secara hukum. "Saksi-saksi selalu tutup mulut,," ujarnya.

Untuk mencegah kembali terjadinya pembunuhan berlatar isu santet, polisi menggandeng Majelis Ulama Indonesia, Dinas Kesehatan dan Muspika seluruh kecamatan agar mensosialisasikan penyebab kematian seseorang. "Jangan karena sakit liver, terus dibilang kena santet," katanya.

Selain di Kecamatan Dasuk, pembunuhan orang diduga dukun santet juga terjadi di Kecamatan Talango dan Batu Putih.

Sumber: Tempointeraktif

Selasa, 22 Februari 2011

Maret, "Rest Area" Suramadu Ditender

Liputan-Madura. Jembatan Suramadu bakal lebih hidup. Ini setelah Badan Pengembangan Wilayah Suramadu (BPWS) berencana melakukan tender terkait pembangunan rest area pada Maret 2011.
Deputi Pengendalian Badan Pelaksana BPWS Agus Wahyudi mengutarakan, pihaknya memang akan membangun rest area di jembatan terpanjang di Indonesia itu. Untuk tahap awal, pembangunan tempat peristirahatan pengguna jalan tol di jembatan itu diprioritaskan di Kawasan Kaki Jembatan Sisi Madura (KKJSM).
”Untuk rest area KKJSM itu akan dibangun di Desa Sukolilo dan Pangpong, Bangkalan. Kemungkinan besar, bulan depan proyek itu ditender,” paparnya, akhir pekan lalu.
Dijelaskan, tempat peristirahatan atau rest area di sisi barat jalan akses Bangkalan itu berada sekitar 300 meter dari bekas kantor proyek Suramadu sisi Madura. Adapun luas lahan yang dibutuhkan mencapai 40 hektare.
Beberapa fasilitas akan melengkapi rest area itu, di antaranya areal parkir, ruang terbuka hijau, dan fasilitas peribadatan berupa masjid. Selain itu, akan ada juga stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU), kios untuk PKL, dan pusat penjualan kerajinan khas Jatim.

sumber: kompas.com

KALAM Tuntut Pembubaran Ahmadiyah

Liputan-Madura. Pamekasan - Kesatuan Aksi Lintas Mahasiswa (KALAM) demo menuntut pemerintah segera menolak dan membubarkan kelompok Ahmadiyah di Indonesia. Keberadaan Ahmadiyah dinilai merusak kerukunan kehidupan bergama di Indonesia. Khususnya bagi umat Islam.

Dalam aksi demo di Taman Arek Lancor di depan Masjid Jami' As Syuhada, puluhan mahasiswa itu menyayangkan terbitnya Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri yang terkesan tidak tegas menyikapi keberadaan Ahmadiyah.

Puluhan anggota KALAm menyatakan tidak setuju dan menolak isi SKB 3 Menteri yang masih memberi kesempatan Ahmadiyah tetap eksis di bumi Indonesia.

"Dalam SKB 3 Menteri itu, pemerintah terkesan sangat agresif sehingga menghilangkan substansi permasalahan. Entah terjebak atau memang sengaja menjerumuskan diri," teriak korlap aksi, Azib Mawardi, Senin (21/2/2011).

Azib Mawardi mengingatkan agar pemerintah menengok keputusan ulama NU dan Muhamadiyah yang memvonis Ahmadiyah sesat.

"Ingat. Ahmadiyah telah melakukan dan menebar kebohongan. Umat Ahmadiyah mengakui dua kalimah syhadah. Namun, Ahmadiyah mengakui bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah nabi setelah Nabi Muhammad," teriak Azib Mawardi.

Teriakan Azib itu kontan mendapat teriakan peserta aksi demo. "Hanya satu kata. Bubarkan Ahmadiyah." Puas menyampaikan orasi, puluhan peserta demo KALAM itu membubarkan diri dengan kawalan satu peleton anggota Dalmas Polres Pamekasan.

sumber: detik.com

Tiduri Istri Orang, Oknum Satpol PP Digrebeg Warga

Liputan-Madura. Sumenep - Ulah AH, salah satu PNS di Satpol PP Sumenep, benar-benar tak pantas ditiru. Dirinya nekat tidur dengan DA, yang masih berstatus istri orang, hingga akhirnya digrebeg warga.

Dalam penggrebegan itu, AH, warga Jl. Barito, Pandian, diminta membuat surat pernyataan di atas materai 6 ribu, ditandatangani Kepala Desa dan sejumlah saksi.

Dalam surat pernyataan tersebut, AH mengakui jika dirinya sudah melakukan perzinahan dengan DA sebanyak dua kali. AH menyatakan siap bertanggungjawab dengan menikahi DA, apabila nantinya DA diceraikan suaminya gara-gara perselingkuhan itu.

Kasus tersebut oleh Kepala Satpol PP, Kafrawi, sudah dilimpahkan ke Inspektorat, mengingat AH berstatus sebagai PNS.

Sekretaris Inspektorat Sumenep, Agus C. Putra, Senin (21/02/11) membenarkan jika dirinya sudah menerima laporan dari Kepala Satpol PP, terkait kasus perselingkuhan dan perzinahan tersebut. "Kami segera proses laporannya, dengan memanggil yang bersangkutan untuk dimintai keterangan," katanya.

Menurut Agus, pemberian sanksi sudah pasti dilakukan. Namun sanksi apa yang akan dijatuhkan, menunggu keterangan yang bersangkutan saat diperiksa nanti.

"Kita akan lihat, apa jawaban yang bersangkutan terkait laporan tersebut. Yang jelas, sanksi akan kami jatuhkan sesuai aturan yang berlaku," terangnya. 


sumber: [beritajatim.com]

Senin, 21 Februari 2011

Bejat! Dua Pria Beristri Gagahi Remaja di Hutan

Liputan-Madura. Sumenep - Keperawanan gadis 16 tahun ini terenggut dengan cara memilikan. Seorang pria beristri nekat menggagahinya di tengah hutan.

Peristiwa tragis itu berawal ketika korban, sebut saja nama gadis ini Melati, diajak rekreasi ke Taman Bunga (Alun-alun Kota) Sumenep, Madura, oleh dua orang pelaku Sefli (25) warga Desa Rombiyah Timur, dan Morsil (25) warga Desa Rombiyah Barat, Sumenep.

Melati yang masih duduk bangku kelas 1 Madrasah Tsanawiyah swasta di Sumenep, telah mengenal kedua pelaku sebelumnya. Sesuai rencana, mereka bertiga berangkat menuju Kota Sumenep berboncengan dua, dengan menggunakan sepeda motor milik pelaku.

Namun setelah melintas di hutan wilayah Gunung Pegge, sepeda motor tiba-tiba berhenti. Korban diajak masuk ke hutan oleh kedua pelaku yang sudah beristri trersebut, dan dipaksa untuk melayani nafsu birahi kedua pelaku secara bergantian.

Saat pelaku Sefli beraksi, Morsil berperan membantu agar aksi perkosaan yang dilakukan Sefli berjalan mulus. Satu demi satu pakaiannya dicopot. Bahkan, sarung korban (pakaian bawah yang biasa digunakan para santri) dijadikan alas untuk berhubungan badan.

Korban berusaha berontak dan melawan, namun apa daya, tenaga Melati tak seberapa dibanding kedua pelaku yang menggagahinya. Tak sampai di situ, Melati juga diancam akan dibunuh bila berteriak atau menceritakan kejadian ini pada orang lain.

Aksi bejat kedua pelaku tidak cukup sampai di situ, usai memperkosa, uang milik korban senilai Rp 18 ribu pun ikut dirampas. Peristiwa memilukan itu semula dirahasiakan oleh korban, namun belakangan terkuak juga.

Orang tua korban tak terima anaknya diperkosa, dan memutuskan untuk melaporkan ke Polres Sumenep, Minggu (20/2/2011). Kerabat korban, Sutimin (35), mengatakan, ulah pelaku sangat keterlaluan karena selain memperkosa juga merampas uang milik korban.

"Anaknya, sampai hari ini masih kelihatan trauma," kata Sutimin.

Menurutnya, korban saat ini sudah dimintai keterangan penyidik polres dan akan divisum, Senin (21/2/2011) besok. "Barang bukti berupa celana dalam sudah diserahkan ke penyidik," imbuhnya. Sutimin berharap agar kasus tersebut diusut tuntas Aparat Kepolisian.

sumber: inilah.com

KONI Jatim Tolak Haruna Sebagai Exco

Liputan-Madura. KONI Jatim mendesak kejaksaan memeriksa kasus dugaan penggelapan dana pusat pelatihan daerah (Pelatda) yang dilakukan Haruna Soemitro, mantan Ketua Pengprov PSSI Jatim yang lolos sebagai anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI.

Penegasan itu disampaikan Wakil Ketua Umum KONI Jatim La Nyalla Machmud Mattalitti kepada wartawan di Surabaya, Minggu, menyikapi hasil verifikasi komite pemilihan mengenai calon ketua umum dan anggota Exco PSSI.

"Haruna sangat tidak layak lolos verifikasi. Kami akan mendatangi Kejaksaan Tinggi dan Polda Jatim untuk minta kasus penggelapan dana puslatda tim sepak bola PON ditindaklanjuti," kata La Nyalla.

Beberapa waktu lalu, KONI Jatim telah melaporkan Haruna Soemitro ke kejaksaan atas dugaan penggelapan dana puslatda sebesar Rp49 juta.

Langkah itu dilakukan KONI Jatim setelah Haruna Soemitro tidak segera menyelesaikan konflik kepengurusan di Pengcab PSSI Surabaya yang sudah berlangsung sekitar delapan bulan.

Laporan KONI Jatim itu membuat Haruna Soemitro akhirnya menyerah dan memilih mengundurkan diri dari jabatan Ketua Pengprov PSSI Jatim pada November 2010.

"Dana yang digelapkan memang tidak besar, tapi itu sudah bentuk tindakan kriminal karena yang digelapkan uang rakyat (APBD)," ujar La Nyalla.

Selain Haruna Soemitro, ia juga menyebut mantan Menejer Persik Kediri Iwan Budianto yang lolos verifikasi sebagai salah satu anggota Exco PSSI, sebagai figur yang sangat tidak layak.

"Saya memang tidak banyak tahu soal sepak bola, tapi PSSI yang sekarang dipimpin Nurdin Halid memang sudah sangat bobrok. Gerakan revolusi PSSI akan kita mulai dari Jatim," tambah La Nyalla.

Sementara itu, klub Perseba Bangkalan juga mempertanyakan lolosnya Haruna Soemitro dan Iwan Budianto sebagai calon anggota Exco, padahal keduanya dinilai bukan figur yang bersih.

Manajer Perseba Bangkalan Pingky Hidayati mengungkapkan Haruna Soemitro dan Iwan Budianto pernah menerima sejumlah uang untuk meloloskan timnya di kompetisi Liga Remaja tahun 2009.

"Kami memiliki bukti transfer uang tersebut dan totalnya sebesar Rp150 juta," kata Pingky sambil menunjukkan bukti transfer uang itu.

Menurut Pingky, pihaknya memang belum melaporkan kasus tersebut kepada polisi atau kejaksaan, karena masih berharap ada itikad baik dari kedua tokoh bola tersebut.


sumber: kompas

Gempar "Perseba Bangkalan Ancam Boikot Kongres PSSI"

Liputan-Madura. Manajer Perseba Bangkalan Pingky Hidayati bertekad akan memboikot Kongres PSSI di Bali Maret depan bila calon ketua umum yang lolos hanya Nurdin Halid dan Nirwan Dermawan Bakrie.

Pingky menilai, Komite Pemilihan calon ketua umum PSSI telah berlaku tidak fair karena menjegal pencalonan Jenderal George Toisutta dan Arifin Panigoro.

"PSSI seperti orang takut sebelum bertanding," kata Pingky kepada Tempo di sebuah rumah makan di wilayah Surabaya timur, Minggu sore (20/2).

Menurut Pingky, Perseba termasuk salah satu pemegang hak suara di kongres. Tapi dia tidak akan menggunakan haknya bila kubu Nurdin tidak membuka ruang yang sama bagi calon lain.

Pingky mengaku telah mempertimbangkan tindakannya tersebut dan tidak akan takut dijatuhi sanksi. "Apalagi yang kami takutkan," ujar Pingky didampingi beberapa pengurus Kaconk Mania, julukan suporter Perseba.

Pingky menambahkan, Perseba telah kenyang dikerjai wasit dalam kompetisi di bawah PSSI. Menurut dia, timnya jarang menang bila bertanding di luar kandang. "Ada indikasi faktor non-teknis yang mengharuskan tuan rumah menang," paparnya.

Pingky membenarkan Perseba pernah menyuap Ketua Badan Liga Amatir Iwan Budianto pada turnamen Piala Suratin 2009 lalu. Ketika itu, kata Pingky, suaminya yang juga manajer Perseba Imron Abdul Fatah berkeinginan agar Bangkalan menjadi tuan rumah babak delapan besar.

Keinginan itu disambut Ketua Pengurus Provinsi PSSI Jawa Timur ketika itu, Haruna Soemitro yang juga karib Iwan. Akhirnya Imron membayar Rp 150 juta. Perseba tak hanya sukses menjadi tuan rumah tapi juga merengkuh juara. "Saat ini suami saya sedang ke Jakarta untuk melaporkan masalah itu ke PSSI," ungkap Pingky.

Pingky masih menyimpan bukti transfer uang itu ke Iwan dan Haruna. Uang ditransfer secara bertahap pada November 2010 masing-masing Rp 125 juta ke rekening Haruna dan Rp 25 juta ke rekening Iwan. "Buktinya ada, saya scan di komputer," ucap perempuan berjilbab itu.

Baik Haruna maupun Iwan belum dapat dimintai konfirmasi. Nomor telepon seluler mereka tidak bisa dihubungi.

Namun beberapa waktu lalu Iwan membantah telah meminta uang kepada Imron. Yang benar, kata dia, saat itu dia memang butuh uang Rp 50 juta untuk biaya transportasi tim Piala Asia usia 19 tahun di Bandung.

Lalu ada temannya yang menghubungkan dia dengan Imron untuk meminjam uang. "Tidak semua uang itu milik Imron, separuhnya milik teman saya," kata Iwan yang telah lolos bersama Haruna menjadi calon anggota Komite Eksekutif PSSI.

Tapi dalih Iwan dibantah Pingky. Menurut dia, tidak mungkin pengurus teras PSSI seperti Iwan meminjam uang kepada pengurus Perseba yang ketika itu berada di divisi III. "Logikanya, wong petinggi PSSI kok meminjam ke klub divisi bawah," tutur Pingky.


sumber: tempointeraktif

Sudah Setahun Siswa Belajar di Teras Rumah Warga

Liputan-Madura. SUMENEP - Sebanyak 70 siswa kelas I hingga kelas VI Sekolah Dasar Negeri Totosan 1, Kecamatan Batang-batang, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, sudah setahun ini terpaksa menjalankan kegiatan belajar dengan menumpang teras rumah warga.

Menurut Bunawi, sejak sekolah rusak kegiatan belajar tidak maksimal. "Anak saya sering pulang sebelum waktunya," ujarnya.

Salah seorang guru di SDN Totosan 1, Satrawi, menjelaskan bahwa sebagian dari siswanya belajar sambil lesehan karena tidak semua warga mampu menyediakan bangku dan meja.

Kondisi tersebut membuat kegiatan belajar mengajar tidak maksimal. "Tapi kami tetap menyemangati mereka agar tetap sekolah,” katanya, Minggu (20/2).

Satrawi menambahkan, robohnya gedung sekolah sudah diketahui Dinas Pendidikan Sumenep. Namun hingga kini belum dipastikan kapan perbaikan akan dilakukan. "Saya harap mudahan tahun ini turun anggaran untuk perbaikan," ujarnya.

Bunawi, salah seorang wali murid menyatakan kekecewaannya melihat kondisi sekolah anaknya. Gedung sekolah tersebut ambruk Pebruari 2010, tapi tidak ada tanda-tanda dilakukan perbaikan. "Kasihan siswa, sudah setahun belajar dengan kondisi seperti itu," tuturnya.

Bunawi pun memprotes program kerja 99 hari Bupati Sumenep yang baru KH Busyro Karim. Bupati dianggap terlalu fokus pada perbaikan layanan publik, namun mengabaikan berbagai persoalan yang jauh lebih penting, termasuk perbaikan gedung SDN Totosan.

Hingga berita ini ditulis, Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Ahmad Masuni belum dapat dimintai konfirmasi.

Sumber: tempo

Wawan cara dengan D. Zawawi Imron (Dari Madura Menemukan Indonesia)

Liputan-Madura.

D Zawawi Imron, penyair asal Madura, Jawa Timur, itu sudah lama mengembangkan puisi modern yang bertolak dari khazanah budaya tradisional Pulau Garam itu. Tak hanya memperkaya ekspresi seni sastra modern Indonesia, karya-karyanya yang memuliakan kemanusiaan juga diapresiasi dunia internasional.

Dengan menyelami budaya Madura, saya justru menemukan wajah Indonesia. Bagi saya, Madura itu bukan satu nama pulau, tetapi semangat yang membebaskan saya untuk melihat dunia secara lebih luas,” katanya saat ngobrol di Taman Ismail Marzuki (TIM), akhir Januari.

Bagaimana Madura mengantarnya pada kesadaran akan Indonesia? Jawabnya merujuk pada proses kreatifnya yang panjang dalam menggeluti dunia sastra.

Lahir di Batang-Batang Laok, Kecamatan Batang-Batang, Kabupaten Sumenep, Madura, sejak kecil Zawawi menyerap alam dan khazanah budaya pulau itu. Saat remaja, dia dibesarkan bersama lagu dolanan (mainan) anak-anak, lagu para nelayan dan petani, karapan sapi, dan musik tradisional. Itu menanamkan kesan mendalam.

Pengalaman bersastra lebih konkret dicecapnya saat nyantri di Pondok Pesantren Lambi Cabboi di Sumenep. Kebetulan, sembari mengaji kitab-kitab kuning, para santri banyak menulis puisi-puisi berbahasa Madura. Zawawi muda pun mulai akrab dengan sajak-sajak lokal itu.

Selepas dari pesantren, dia banyak membaca puisi-puisi dari para penyair Indonesia tahun 1960-an, seperti WS Rendra atau Ajip Rosidi. Diam-diam dia mulai menulis puisinya sendiri dalam bahasa Indonesia. ”Awalnya ngawur-ngawuran. Bentuknya seenaknya saja,” katanya.

Kian lama, Zawawi kian serius mengasah kemampuannya membuat puisi. Dia terus menulis karena itu memberinya sarana untuk mengekspresikan isi batin. ”Puisi itu kejujuran nurani dan estetik,” katanya.

Tanpa disadari, puisi-puisi itu diwarnai sentuhan budaya lokal yang digumulinya sejak kecil. Lagu dolanan anak, syair nelayan, lagu petani, pantun, musik karapan sapi, atau seni tradisional lain merasuk dalam bait-bait puisinya. Entah itu sebagai imajinasi, irama, pilihan kata, metafora, atau unsur lain.

Simak saja lagu-lagu dolanan (mainan) anak-anak yang tumbuh di Madura ini: Ghai bintang gaggar bulan/ Paghai’na jhanor kuneng/ Kak’ elang sajan jhau/ pajhauna gan lon alon (Menjolok bintang, yang jatuh bulan/ penjoloknya janur kuning/ kakak hilang makin jauh/ jauh (dijumpa) di alun-alun).

”Bagi saya, lagu itu sangat surealistik. Ada imajinasi yang meloncat-loncat dari jauh ke dekat. Itu memengaruhi corak puisi saya sejak tahun 1980-an, seperti puisi ’Bulan Tertusuk Ilalang’,” katanya.

Zawawi bercerita, puisi yang kemudian diangkat menjadi film oleh sutradara Garin Nugroho itu lahir dari proses unik. Pada suatu dini hari, dia berdiri di tengah alam. Menjelang pagi, bulan yang terbenam di horizon tampak seperti tertusuk ilalang. Dia pun segera menangkap momen itu sebagai bahasa puisinya.

Contoh lain, tradisi karapan sapi. Balapan sapi itu biasanya diiringi saronan (tiupan serunai) yang cenderung berulang, ritmis, sekaligus melayang-layang. Irama ini serupa benar dengan zikir yang mentradisi di pesantren. Dua budaya itu juga ikut meresap dalam irama puisinya.

Untuk soal metafor, Zawawi juga banyak membangunnya dari khazanah paparegen (pantun) dan lagu Madura yang sangat luwes, bebas, bahkan misterius. Di pulau itu, ada ungkapan terkenal, yaitu abhental omba’ asapo angen/ alako berra’ apello koneng (berbantal ombak, berselimut angin/ bekerja berat, berkeringat kuning). Ungkapan itu kemudian memberi inspirasi bagi lahirnya puisi ”Bantalku Ombak Selimutku Angin”.

Celurit

Zawawi juga mengambil idiom lokal dengan tafsir baru. Celurit, alat pertanian yang kadang identik sebagai senjata tajam, justru dimanfaatkan untuk membangun idiom yang sama sekali tak terkait dengan citra kekerasan. Dia buat puisi ”Celurit Emas”, yang kemudian melambungkan namanya sebagai ”Si Celurit Emas”.

Puisi itu lahir tahun 1980-an ketika pemerintah mau melancarkan operasi memberangus celurit di Madura karena kerap dikaitkan dengan kekerasan. Zawawi gelisah. ”Kenapa begitu? Kekerasan itu lahir dari celurit atau manusianya?”

Dia lantas memperoleh gagasan untuk membuat celurit yang lain. Celurit yang diasah dengan lembaran-lembaran kitab suci, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Celurit yang berpegang pada nilai-nilai perdamaian, kebenaran, dan kebudayaan. Itulah ”Celurit Emas”.

Puisi-puisi Zawawi yang berhasil mengembangkan kekayaan lokal Madura dianggap memperkaya praktik seni sastra modern di Indonesia. Sejumlah penghargaan pun diraihnya, seperti penghargaan Balai Pustaka untuk buku puisi Celurit Emas (1986), Yayasan Buku Utama Departemen P & K untuk buku puisi Nenek Moyangku Airmata (1985), dan Sastra Majlis Sastra Asia Tenggara dari Kerajaan Malaysia untuk puisi Kelenjar Laut.

Apa arti Madura bagi Anda?

Madura itu detak jantung dan irama hidup saya. Saya lahir di Madura. Meminum airnya menjadi darah saya. Makan beras dan jagungnya menjadi daging. Menghirup udaranya menjadi napas. Buminya menjadi sajadah dan kalau nanti mati, saya akan dikubur di sana.

Tapi, saya inginkan Madura yang tidak membelenggu dan membuat saya terjebak dalam primordialisme. Madura yang membebaskan saya. Saya bisa ke mana-mana untuk menjadi Indonesia.

Bagaimana Anda menjadi Indonesia?

Setelah saya cek, sebenarnya asal usul saya itu campuran. Nenek moyang saya konon dari Kudus, Jawa Tengah. Waktu di pesantren, kitab kuning berbahasa Arab itu diterjemahkan dengan bahasa Jawa.

Saya juga punya darah China. Nenek saya yang kelima itu Tionghoa yang dipanggil ”Kaeng”. Teman-teman saya juga memanggil saya ”Engkong”. Itu panggilan khas China.

Saya juga banyak bepergian ke daerah lain di Nusantara. Saya pernah ke Makassar, Sulawesi Selatan, di mana saya menemukan abhental omba’ asapo angen yang lain. Saya juga menikmati lagu atau puisi lama Bugis, bahkan nama-nama di sana terdengar puitis. Ada Sungai Walannai, Gunung Rante Kohpala, atau nama orang seumpama Lantodaeng Basewan. Bugis seperti Tanah Air yang lain bagi saya.

Sekarang, kesadaran saya tidak lagi berpusat pada Madura, melainkan berkembang menjadi Indonesia. Saya lahir di Indonesia. Meminum airnya menjadi darah. Makan beras dan buah- buahannya menjadi daging saya. Menghirup udaranya menjadi napas. Saya berpijak pada buminya menjadi sajadah. Bila dipanggil Tuhan, saya mungkin juga akan dikubur di Indonesia.

Spirit pesantren

Selain identik dengan Madura, Zawawi juga mewakili penyair yang lahir dari pesantren. Dia pernah belajar di pesantren dan kini juga menjadi pengasuh beberapa pesantren di Madura. Lingkungan ini memberi pengaruh besar pada proses kreatifnya.

Bagi seniman ini, salah satu kekuatan pesantren adalah keluwesannya dalam menerima budaya luar. Para wali penyebar Islam yang banyak mendirikan pesantren juga mengadaptasi seni lokal untuk mengembangkan dakwah lewat jalur seni yang damai dan indah.

Beberapa wali menciptakan tembang-tembang Jawa. Nama Sunan Bonang, misalnya, diambil dari alat musik gamelan, ”bonang”. Para santri melantunkan sifat-sifat Tuhan dalam tembang yang disebut nadzam. Karakter ini juga banyak terserap dalam puisi-puisi Zawawi. Salah satunya, puisi Alif yang mengulang- ulang kata alif seperti zikir.

Spirit apa yang Anda ambil dari para wali?

Saya berpegang pada nasihat, konon dari Sunan Kalijaga. Katanya: katentremaning bathin gumantung rasa panarima. Sing bejo bisa rumongso. Ojo rumongso biso. Banda kuwi titipan, deni pangkat mung sampiran… Narimo ing pandum, titipane Ilahi (Ketenteraman jiwa bergantung pada rasa menerima. Orang yang beruntung adalah yang bisa merasa. Jangan merasa bisa. Harta itu titipan, sedangkan pangkat hanya sampiran…. Terima pada pembagian, titipan dari Tuhan).

Dengan menjadi orang yang bisa merasa, kita akan menyadari bahwa kita ini makhluk sosial. Kita tidak bisa lepas dari peran orang lain karena banyak kebutuhan yang dipenuhi orang lain, seperti komputer, celana, atau alat lain. Meski saya tinggal di Madura, saya menyadari untuk berterima kasih pada seluruh bumi Indonesia.

Ini selaras dengan spirit Islam yang bersifat rahmatan lil’alamin. Keislaman saya mesti memberi manfaat bagi manusia lain.

Apakah puisi-puisi Anda juga bisa memberi manfaat bagi orang lain?

Saya hanya bisa berharap semoga puisi saya masih berguna bagi orang lain. Masih ada orang-orang yang mengundang saya untuk membaca puisi atau berceramah. Paling tidak, lewat puisi saya bisa punya banyak teman dan saudara.


sumber: oase kompas

Minggu, 20 Februari 2011

History & legend In Madura Island

Liputan-Madura. The Madurese people preserve a number of myths explaining their origins, among them the story of Raden (Prince) Segoro. It is told that in times long past the Javanese kingdom of Medang Kamulan was ruled by one Prabu Gilingwesi, whose daughter, Dewi Bendoro Gung, became pregnant as the gods had willed. The king, however, became angered and ordered one of his ministers, Patih Pragulang, to kill her. Obeying the command, Patih Pragulang sailed the princess out to sea on a raft, but at the last moment was unable to carry out the deed. Eventually the raft came to rest on the land which was to be called Madura, which is said to stem from the words 'Madu', meaning honey, and 'oro', open Country. Dewi Bendoro Gung later gave birth to a handsome boy who was to be called Raden Segoro.

At the age of three the child encountered two sea-serpents which, through the intervention of Empu Polleng ( Patih Pragulang disguised) changed their forms and became the pusaka (heirlooms) named Alugoro and Nenggolo.

On becoming an adult, Raden Segoro served the king of Medang Kamolan and on one occasion successfully repelled a Chinese invasion. Returning to Madura he asked his mother about the identity of his father.

Enraged by her son's question, Dewi Bendoro Gung turned his dwelling place into what is now the forest of Nepa and a haven for monkeys which according to local belief are descended from the soldiers of Raden Segoro. Nepa can be found in the district of Banyuates, 42 km north of Sampang.

Another legend recounts the story of Jokotole, son of the Putri (princess) Kuning, who was a grandchild of Pangeran Bukabu of Sumenep. Jokotole and his brother Jokowedi had been conceived by way of a dream encounter between Putri Kuning and their father Adipoday. While journeying to Majapahit to assist his stepfather named Empu Kelleng, Jokotole met with his uncle, Adirasa, who gave him the flying horse Si Mega and a whip, troth of which had been entrusted to him by Adipoday.

To this day the horse Si Mega continues to live as the Regional Emblem of Sumenep. The whip, too, is one of Madura's well known souvenirs, and the names Jokotole and Putri Kuning (Madurese "Pottre Koneng') can be found on the ferry boats which run between Surabaya and the Madurese port of Kamal.

Epigraphical evidence helps to reveal the role played by Madura in the general history of Indonesia, as well as the island's relationship with the ancient rulers of Java. For instance, it is known that during the period of Singosari (1222 - 1292 A.D.), the Regent of Sumenep, one Aria Wiraraja, ruled over the whole of Madura and, together with Raden Wijaya, helped to establish the Javanese kingdom of Majapahit after successfully repelling the punitive force sent to Java by the Chinese Emperor Kublai Khan in 1292 - 1293 A.D.

At the beginning of the Islamic period, the new religion was introduced into the Madurese court circle by a crown prince of the kingdom of Palakaran (Arosbaya, Bangkalan) named Pratanu, son of Prince Pragalbo.

A century later, during the golden period of Mataram under the leadership of Sultan Agung, a grandson of Pratanu named Raden Praseno was given authority over the whole of Madura, with the title Pangeran Cakraningrat I. His seat of power was at Sampang. He in turn was succeeded by his son Raden Undakan, who became Pangeran Cakraningrat II.

During this period the recently established Dutch East India Company (VOC) began to exploit Mataram's internal political strife, which resulted in the rebellion of Trunojoyo and the forced exile of Cakraningrat II to Lodaya. When the rebellion was finally put down, Cakraningrat II returned to rule over western Madura, with a new seat of power at Tonjung (Bangkalan).

Cakraningrat II was succeeded by his son Cakraningrat III, whose rule was ended abruptly by a rebellion incited by his younger brother R.T. Suroadiningrat, who became Cakraningrat IV.
However, because he opposed the Dutch East India Company he was forced into exile in Tanjung Harapan and his son, R.A. Secoadiningrat (Cakraningrat V) took power. The seat of government was moved again at this time to Sembilangan. Cakraningrat V was succeeded by his grandson, Panembahan Adipati Cakraningrat VI, who in turn was succeeded by his uncle, Adipati Cakraningrat VII. Since the time of the setting up of a capital at Arosbaya in 1528, the religion of Islam spread eastward across the island and had a profound effect upon Madurese social and political life.

From that time until today the main historical events can be noted down as follows:
- 1624 The forces of Mataram under Sultan Agung occupied Madura.
- 1672 Trunojoyo rebelled and succeeded in ousting Sultan Agung's forces
- 1680 With the help of the Dutch East India Company, Mataram succeed re-occupying the eastern part of Madura, with seats of Government at Sumenep and Pamekasan. This part of the island, however, was eventually ceded to Dutch (VOC). Western Madura (Bangkalan, Sampang) was restored to the descendants of Prince Cakraningrat.
- For a further two and a half centuries the Dutch colonial administration i creased its hold on Madura This bitter situation turned even worse under forced labour introduced by the Japanese, who occupied Indonesia in 19 until the declaration of Independence in 1945.


liputanmadura: preach the island of Madura online

Sabtu, 19 Februari 2011

Diduga Dukun Santet Hampir di amuk massa.

Liputan-Madura. Mendapatkan informasi ini dari suaramerdeka.com.Pamekasan, Seorang warga Desa Kramat, Kecamatan Tlanakan, Pamekasan nyaris diamuk massa karena dituduh sebagai dukun santet. Beruntung jajaran Polsek Tlanakan berhasil menyelamatkannya.

Laki-laki itu bernama Nawawi (55), seorang petani. Ia dituduh menyantet Djunaidi (37), warga Desa Bandaran, Kecamatan Tlanakan yang menderita penyakit perut kembung beberapa hari terakhir.

Kapolsek Tlanakan Ajun Komisaris Bambang Sugiharto, Jumat (18/2) mengatakan, massa datang ke Balai Desa Kramat saat Nawawi sedang menghadap kepala desa untuk mengklarifikasi tuduhan itu. Saat itu polisi sedang berada di lokasi kejadian, sehingga Nawawi berhasil diselamatkan.

"Saat ini yang bersangkutan kami amankan di Mapolres Pamekasan untuk mencegah kedatangan warga ke kantor Mapolsek," kata Bambang.

Djunaidi yang sakit-sakitan sempat dirujuk ke rumah sakit selama lima hari dan dinyatakan menderita lever hingga menghabiskan dana sebesar Rp 15 juta. Penyakit Djunaidi tidak kunjung sembuh dan yang selalu terlintas di wajahnya ialah wajah Nawawi. Sejak saat itu Djunaedi menuduh Nawawi telah menyantetnya.

Istri Hilang di duga di jual Suami.


Liputan-Madura. Informasi ini didapatkan dari detik.com. Zairiyah (27), warga Dusun Laok Songai Desa Tamedung, Kabupaten Sumenep, Madura hilang tanpa jejak di Kalimantan Timur. Awalnya korban berangkat pertengahan Juli 2010 lalu bersama suami, Rahwini (38) warga Gapura Tengah, Kecamatan Gapura, Sumenep.

Pasutri yang baru melangsungkan pernikahan, dua bulan sebelum berangkat ke Kalimantan Timur, akan menjadi pekerja kelapa sawit. Kabar menjadi pekerja kelapa sawit pun sampai pada keluarganya di Sumenep pertengahan bulan September melalui komonikasi hanphone seluler.

Pasutri yang terlihat harmonis saat keberangkatannya itu mendapatkan gaji masing-masing Rp75 ribu setiap hari. Di luar dugaan keluarga di Sumenep, sang suami tiba-tiba pulang sendiri tanpa bersama istri, pada bulan Desember 2010 lalu. Dan menyampaikan jika istrinya hilang pada bulan November 2010 lalu.

Spontan ibu-bapak korban, Muhari (70) dan Saidah (65) yang sudah tua renta histeris dan minta pertanggungjawaban sang suami. Pihak keluarga berusaha mencari, baik menghubungi orang yang dikenal di wilayah Kaltim maupun laporan ke polisi.

Namun usaha itu tidak membuahkan hasil hingga hari ini. Pihak keluarga mulai curiga, jika korban diduga dijual atau dibunuh. Sebab, suami yang seharusnya bertanggung jawab kelihatan tenang dan tidak mau mencari.

46 Imigran di tangkap di Pasongsongan-Sumenep

Liputan-Madura.Berdasarkan lansiran metrotvnesw, Direktorat Kepolisian Perairan (Polair) Polda Jawa Timur menangkap 46 orang yang diduga imigran gelap asal Irak dan Iran. Mereka diduga akan melanjutkan perjalanan ke Australia dengan menggunakan kapal dari perairan Sumenep.

Polisi menangkap puluhan warga asing itu di Desa Pasongsoan, Sumenep. Setelah diamankan di Markas Komando Polair Polda Jawa Timur, warga asing itu akan diperiksa di rumah detensi imigrasi Pasuruan.

Sumber

the island of Madura, the island of beautiful exotic Tourism

Liputan-Madura. Your search for Island Tours, which is beautiful and full of cultural diversity? Indonesia is the place, tourism, Indonesia has always been famous for its beautiful island of Bali tourism, but it is not only rich in beauty of Bali tourism, there are many other islands such as Bali Island, one of which is the island of Madura. Madura Island is one of the Island Tour which you can not leave.



Madura Island you will encounter:
1. Beach Salopeng
2. Beach Lombang
3. Beach Jumiang
4. Bull Race
5. Sono Cow '
6. Ul-daul (Parade of Traditional Music)
7. and much more

Visit the island of Madura, the island of beautiful exotic Tourism.



preach the island of Madura online

Pantai Jumiang (Jumiang Beach) Pamekasan-Madura

Liputan-Madura. this time, we bring you familiar attractions on the island of Madura, to complement your holiday destination in Indonesia. With its typical landscape, waves dashing against the cliffs add to the beauty of the scene especially at morning. It’s located in Pademawu district, about 12 km south east of Pamekasan. This beach has a beautiful beach with sand and else where it has a high coral cliff on which shady trees grow. It is a nice place to rest and enjoy the scenery. This beach also closes to fisherman village and also as fishing area, because the waves not too big and the wind blows continually. Preach the island of Madura online

Karapan Sapi Madura (Bull Race )

Liputan-Madura. this time, we bring you familiar attractions on the island ofMadura , to complement your holiday destination in Indonesia. Madura is rich with its art and culture. Bull race is a reliable tourism, which brings many foreign and domestic tourists. It’s held in September until the beginning of November, finally at Madura Governor assistant level fighting for President Cup. Also it’s interspersed with cow race “Sonok”, which is preceded by Pecot Dance.







Liputan Madura: preach the island of Madura online


Jumat, 18 Februari 2011

Tabrakan Minibus dengan Truk Renggut Satu Jiwa

Liputan-Madura-Sampang. Seorang tewas dan tiga lainnya luka-luka akibat kecelakaan lalu lintas di Sampang, Jawa Timur, Kamis (17/2).

"Kecelakaan lalu lintas terjadi antara mobil minibus dengan sebuah truk di jalan raya Torjun, Sampang, sekitar 10 kilometer dari arah Kota Sampang," kata Kasat Lantas Polres Sampang Ajun Komisaris Zainurrofik.

Awalnya, truk berasal dari arah barat melaju dengan kecepatan tinggi. Dari arah yang berlawanan ada sebuah mobil minibus bernomor polisi M 7241 UA yang juga melaju dengan kecepatan tinggi.

"Kedua kendaraan ini sama-sama agak ke tengah dan truk mengerem mendadak, sehingga oleng dan terjadilah tabrakan," katanya. Akibat kejadian tersebut, tiga penumpang minibus luka-luka dan seorang meninggal dunia di tempat kejadian perkara.

"Penumpang yang meninggal dunia bernama Sumiati Ningsih, 26, warga Dusun Billaan, Desa Bapelle, Kecamatan Robatal, Sampang," tutur Zainurrohman. Mobil minibus yang dikemudikan Mohammad Amin tersebut mengalami rusak parah di bagian depan dan samping kiri.

MObil kini diamankan di Mapolres Sampang guna kepentingan pemeriksaan lebih lanjut, termasuk truk tanpa muatan tersebut. Kecelakaan lalu lintas antara minibus dan truk di Jalan Raya Torjun, Sampang, sempat menyebabkan kemacetan arus lalu lintas hingga terjadi antrean sepanjang 1 kilometer lebih.

Sumber: mediaindonesia.com

Rawan Depresi, Kondisi Ratusan Polisi Sumenep Dievaluasi

Liputan-Madura. Sumenep - Kepala Kepolisian Resor Sumenep Ajun Komisaris Besar Susanto mengatakan pihaknya akan mengevaluasi kondisi psikologi ratusan anggotanya yang bertugas di wilayah Kepulauan Sumenep, seperti Pulau Kangean, Sapeken dan Masalembu.

Langkah ini diambil menyusul terjadinya insiden obral tembakan yang dilakukan seorang polisi, Brigadir Kepala Rahman, anggota Kepolisian Sektor Masalembu. Rahman diduga mengalami depresi.

"Ada kemungkinan tindakan anggota kami di Masalembu karena depresi," katanya, Kamis (17/2).

Menurut Susanto, bertugas di wilayah kepulauan memang lebih berat tantangannya dibanding bertugas di wilayah daratan. Bila tidak siap mental, bisa mengalami stres atau depresi. "Makanya kita tes psikologinya, apakah ada polisi di pulau yang depresi," ungkapnya.

Terkait masa tugas anggota polisi di suatu wilayah, Susanto menjelaskan anggota polisi yang sudah dua tahun bertugas di kepulauan akan dievaluasi dan akan dipindahkan ke daratan.
Rotasi personel penting untuk menghindari kejenuhan. Ke depan, lanjut dia, anggota polisi yang dianggap punya masalah dengan mental tidak akan ditempatkan di wilayah kepulauan. "Hanya anggota yang sehat saja bertugas di kepulauan," paparnya.

Seperti diberitakan, Rahman membuat warga Masalembu panik dan lari terbirit-birit. Dia mengamuk dengan melepaskan tembakan bertubi-tubi ke udara dengan senjata laras panjang. Aksi tersebut diduga akibat depresi berat yang dialami Rahman gara-gara persoalan keluarga dan persoalan di tempat tugas.

Saat ini Rahman tengah diperiksa Propam terkait kedisiplinannya, dan diperiksa kesehatan secara umum oleh dokter polisi di Mapolres Sumenep. Setelah itu, yang bersangkutan akan dibawa ke Polda Jawa Timur, untuk diperiksa psikiater terkait kesehatan jiwanya.


sumber: tempointeraktif.com

Ironi Negeri Lautan (Tapi) Importir Garam

Liputan-Madura.

Oleh : Edy S S Koto

Pemerintah sedang mengkaji pembangunan pusat industri garam nasional dikawasan Indonesia timur khususnya Nusa Tenggara Timur (NTT). Demikian dikatakan Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta Rajasa, usai membuka Kick of meeting masterplan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia 2011-2015, di Hotel Borobudur, Jakarta, 7/Feb/2011.

Berita ini, merupakan angin segar ditengah-tengah keterpurukan industri garam Nasional. Walaupun, memiliki potensi lautan yang besar untuk menghasilkan garam, tetap saja negeri ini masih sangat tergantung akan garam impor. Tentu saja, importasi garam sungguh ironis, apalagi jika melihat potensi lahan produksi garam yang begitu besar di Indonesia.

Data PBB pada tahun 2008 saja, mencatat panjang garis pantai Indonesia yaitu 95.181 km dan merupakan salah satu yang terpanjang di dunia. Yang lua biasa lagi, 2/3 wilayah Indonesia berupa perairan laut. Garis pantai yang panjang dan lautan yang luas merupakan salah satu modal besar untuk proses produksi garam.

Statistik tahun 2010 mencatat, produksi garam nasional sangat jauh dari harapan, yakni hanya berkisar lebih kurang dua persen dari rata-rata produksi 1,2 juta ton per tahun. Padahal, kebutuhan garam nasional cukup tinggi, yang mana menurut data Kementerian Perindustrian sebanyak tiga juta ton pada 2010. Sebesar 660 ribu ton diantaranya untuk konsumsi rumah tangga, sedangkan sisanya untuk keperluan aneka industri. Salah satu faktor utama rendahnya produksi garam nasional tahun 2010 adalah anomali cuaca.

Hasil produksi dalam negeri yang jauh lebih kecil dari kebutuhan nasional tentu saja melambungkan jumlah impor garam. Data statistik BPS, menunjukkan selama Januari - November 2010 impor garam sebesar 1,8 juta ton dengan nilai 96,4 juta dolar AS. Importasi garam banyak didatangkan dari Australia, India dan China.

Produksi garam nasional juga terlalu banyak tergantung hanya pada beberapa sentra produksi garam di beberapa daerah saja. Itupun, petambak garam yang ada, sangat jauh dari sentuhan teknologi dan bantuan modal yang cukup atau lebih tepat dikatakan petambak garam tardisional. Salah satu, sentra produksi garam nasional terbesar adalah Pulau Madura, karena bisa menyumbang lebih kurang 70 sampai 80 persen dari hasil produksi garam nasional. Maka, tidaklah berlebihan kalau Pulau Madura acapkali disebut sebagai pulau garam.

Namun, jika pulau ini gagal produksi, akan langsung terasa bagi kebutuhan garam nasional. Diperkirakan, rata-rata produksi garam di Madura lebih kurang 600 ribu ton dengan luas lahan 7 ribuan ha dan ditambah dari PT Garam seluas 5000 an ha, yang dapat menghasilkan produksi sekitar 300 rb ton.

Luas areal di P. Madura meliputi Kabupaten Sumenep, Pamekasan Kabupaten Sampang. Kebutuhan garam nasionak banyak juga bersumber dari daerah Jawa Tengah, Jawa Barat, NTB, NTT dan Sumatera Selatan.

Tahun 2010, bukanlah tahun yang menggembirakan bagi petambak dan industri garam nasional. Pada tahun 2010 mencatat, produksi garam di Nasional mengalami kegagalan produksi yang cukup signifikan. Faktor penyebab utama kegagalan yaitu faktor anomali cuaca, dimana pada tahun 2010 ini cukup banyak hujan yang berkepanjangan.

Padahal, hampir seluruh petambak garam di Indonesia masih bersifat tradisional, yakni sangat bergantung akan sinar matahari sebagai optimalisasi penguapan (kritalisasi). Jikalau, cuaca tidak mendukung misalnya, hujan cukup sering, maka produksi garam tentu saja akan terganggu dan peluang gagal produksi cukup besar.

Modernisasi Teknologi

Sudah saatnya, pemerintah segera mendorong percepatan penerapan teknologi baru produksi garam, khususnya bagi petambak tradisional. Penerapan modernisasi dalam produksi garam nasional mendesak dilakukan karena selain demi meningkatkan produksi garam nasional dan menekan laju impor garam yang terus meningkat. Apalagi, ada rencana dari pemerintah untuk mencapai swasembada garam yang diharapkan dicapai pada periode 2014/2015.

Jika, masih mengandalkan teknologi produksi garam yang kebanyakan masih bersifat tradisional saat ini, kemungkinan kegagalan akan swasembada ini akan cukup besar.

Anomali cuaca sudah saat-nya, tidak selalu menjadi kambing hitam kegagalan produksi garam. Modernisasi teknologi yang perlu diaplikasi segera ialah menerapkan teknologi tepat guna dan mudah diaplikasikan oleh petambak, yang mana bisa berproduksi walaupun hujan cukup sering terjadi.

Disinilah, peran pemerintah dengan melibatkan peneliti untuk menelurkan teknologi tepat guna. Misalnya, menerapkan teknologi mesin atau proses penguapan (kristalisasi) garam yang tidak tergantung pada kondisi cuaca namun dapat diaplikasikan secara tepat guna bagi petambak tradisional.

Perlunya, peranan pemerintah yang lebih besar lagi dikarenakan untuk penerapan modernisasi teknologi, tentunya dibutuhkan dana yang tidak sedikit. Memang kita pernah mendengar, adanya teknologi produksi bawah atap, namun tingkat keberhasilan dan implementasi-nya masih belum banyak diimplementasikan. Tidak ada salahnya kita segera berguru dengan Australia atapun India yang mana teknologi produksi garam-nya yang lebih maju dan produktivitas yang tinggi.

Apapun, modernisasi teknologi yang akan diterapkan nantinya, faktor peningkatan tarap hidup petambak garam merupakan tujuan yang utama. Karena, bukan rahasia lagi kalau petambak garam masih banyak yang hidup jauh dari sejahtera dan terpuruk secara ekonomi serta acapkali menjadi salah satu masyarakat yang termarjinalkan.

Modernisasi teknologi harus juga, berperan sebagai sarana peningkatan produktivitas produksi garam nasional. Apalagi, saat ini lahan penggaraman di Indonesia rata-rata baru mencapai sebesar 60–70 ton per hektar per tahun. Kondisi ini, cukup rendah jika dibandingkan dengan produksi garam di Australia ataupun India.

Modernisasi teknologi juga harus mampu meningkatkan mutu garam yang dihasilkan petambak tradisional. Karena, acapkali mutu produksi garam petambak tidak terlalu baik jika dibandingkan garam impor, terutama jika diukur dari kandungan NaCl – nya yang banyak masih dibawah 95%.

Akhirnya, memang diperlukan dukungan seluruh pihak yang bergerak di rantai produksi garam baik petambak garam, industri, peneliti dan pemerintah dalam mensukseskan modernisasi produksi garam, yang akhirnya demi kesejahteraan petambak garam.***

Penulis adalah Alumnus Institut Pertanian Bogor, Pemerhati Industri Pangan, Lahir di P. Siantar

sumber: http://www.analisadaily.com

Rabu, 16 Februari 2011

Ada Penyalahgunaan Dana BOS di Giligenting ?

Liputan-Madura.Kalangan masyarakat Giligenting di Jakarta menduga hampir seluruh sekolah dasar di Kecamatan Giligenting tidak menyampaikan dana Biaya Opersional Sekolah (BOS) dengan semestinya.
---
Akibatnya, bukan saja soal peningkatan mutu pendidikan yang terabaikan, dari sisi biaya pendidikaan kerap menjadi beban para wali murid.
Adalah Ramli, saat berdiskusi dengan WARTA Giligenting, kemaren (15/02/11), mengatakan, ketika dulu tahun (2008). dana BOS di sejumlah sekolah SD (sekolah dasar) di Giligenting itu diduga tidak disampaikan sebagaimana aturan mainnya, yakni disalurkan kepada seluruh murid, sehingga bisa mengurangi beban orang tua dalam pengadaan buku, tas, baju dan sekaligus uang jajan (sekolah). "Kabar yang (banyak) saya terima, Dana-dana BOS itu, konon, dipakai buat usaha misalnya buka usaha dagang di lingkungan sekolah atau hal lainnya. Padahal semestinya uang itu disalurkan langsung kepada murid-muridnya, sebagaimana ketentuan pemerintah (Diknas Sumenep),"ujarnya.
Buktinya, kata Ramli, waktu (ketika saya ada di Giligenting tahun 2008-red) tidak sedikit omongan masyarakat, yang anak-anaknya masih sekolah SD mengeluh. "Biaya sekolah cukup memberatkan, meski ada program wajib belajar 9 (sembilan) tahun dan gratis. Bahkan ada BOS lagi, tapi kenyataannya mana?" kata Ramli, menirukan omongan masyarakat, tanpa mau menyebutkan dari desa mana masyarakat tadi.
Pendapat senada dikemukakan, M. Saleh, logikanya, kalau BOS benar-benar disalurkan, tidak akan ada keluhan-keluhan dari dari para wali murid itu."Maka seharusnya, seluruh kepala sekolah di Giligenting terbuka kepada para wali murid. Tetapi mungkin saja BOS sudah disalurkan tetapi hanya kepada sekelompok kecil murid saja. Atau dengan kata lain, ada indikasi pilah-pilih terhadap murid yang akan diberikan BOS,"ujarnya.
Sudah kondisinya demikian, kata M. Saleh, pihaknya memperkirakan soal BOS yang mengalir ke Giligenting itu kurang 'terpantau'. "Indikasinya, kurang atau jangan-jangan tidak ada pengawasan (dari Sumenep-red) mengenai penyaluran BOS di Giligenting?"ujarnya. (Saiful) .

Sumber: http://wartagiligenting.blogspot.com

Wisata Api Tak Kunjung Padam (Pamekasan)

Liputan-Madura. Pamekasan memiliki objek wisata yang banyak untuk mengisi waktu liburan anda, salah satunya adalah "Api tak kunjung Padam" sebuah objek wisata yang unik menampilkan keajabian alam berupa semburan Gas Bumi yang berasal dari perut bumi. Merupakan bukti kekayaan alam madura, yang diberikan Tuhan pada masyarakat Madura. Selain anda dapat menikmati keindahan Api Abadi, anda dapat juga memperoleh cinderamata yang dijual disana, mulai dari batik, odeng, sampai aneka camilan khas madura. Inilah keunikan Objek Wisata Api Tak Kunjung Padam yang terletak ± 7 Km arah selatandari Kota Pamekasan, tepatnya di Dusun Dangkah Desa Larangan Tokol Kecamatan Tlanakan Pamekasan












Anda tertarik dengan oleh-oleh khas madura, hanya gherus oleh-oleh madura tempatnya

Cuaca Masih Buruk Nelayan Bangkalan Alih Profesi Jadi Petani Padi.

Liputan-Madura. BANGKALAN – Nelayan di Kabupaten Bangkalan, masih belum bisa beraktivitas secara normal. Kini, mereka sebagian besar mengalami kesulitan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari, terutama dalam memperoleh sembilan bahan pokok (sembako), karena tidak punya uang.

Ketua LSM Jimbaran Bangkalan, M Taufan menyatakan, beberapa nelayan yang ada di pesisir laut, baik itu di Kecamatan Arosbaya dan Tanjung Bumi, hampir sekitar 3 bulan tidak melaut secara normal. Kondisi tersebut, disebabkan oleh faktor cuaca sekitar yang kurang bersahabat.

“Kini bukan hanya persoalan tidak melaut saja. Malah sudah bergeser pada wilayah lain, seperti terancam tidak bisa membeli kebutuhan pokok karena tidak ada pemasukan,” ujarnya, Selasa (15/2/2011).

Taufan menjelaskan, kondisi di sekitar pesisir laut di Kabupaten Bangkalan, tidak ubahnya seperti tempat parkir perahu. Bilapun ada nelayan yang datang, hanya sebatas menengok perahu, sekaligus menguras genangan air laut yang memasuki badan perahu dan mencuci jaring.

Para nelayan sendiri, sering kucing-kucingan dengan cuaca. Menurutnya, bila cuaca tidak seberapa buruk, ada sebagian nelayan yang melaut. Namun, kalau sudah sampai di tengah laut kondisi cuaca berubah, datang mendung tebal yang disertai angin kencang, nelayan langsung balik kanan takut terjadi hal yang tidak diinginkan.

“Yang pasti, mereka (nelayan) tidak bisa melaut secara normal. Ya karena cuaca sekitar lagi tidak kompromi. Mereka juga manusia, masih takut dengan celaka,” ungkap Taufan.

Akibat masih belum melaut secara normal tersebut,  sebagian besar nelayan, kini beralih profesi menjadi petani padi dadakan. Sebab, hampir di sebagian besar Kecamatan Arosbaya dan Tanjung Bumi, juga terdapat hamparan sawah tadah hujan yang cocok ditanami padi.

“Nah, ketika beralih menjadi petani padi dadakan  yang memanfaatkan lahan kosong. Mereka juga kesulitan masalah dana, sehingga ada yang terpaksa menjual emas dan yang lain,” urainya.

Sementara itu, Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi (Dinsosnakertras) Kabupaten Bangkalan, Sabar Santoso, menyatakan para nelayan yang tidak bisa melaut akibat cuaca buruk, tidak bisa mendapat bantuan dari pemerintah.

Alasanya, kondisi tersebut bukan merupakan bencana alam. “Kalau nelayan yang tidak melaut, tidak bisa dapat bantuan. Kami hanya memberikan santunan pada mereka yang menjadi korban bencana seperti puting beliung dan longsor,” ujarnya.

Sabar menambahkan, penyebab tidak melautnya para nelayan karena cuaca sehingga mereka tidak masuk dalam ketegori korban bencana. Sejauh ini, tidak ada alokasi anggaran bantuan untuk para nelayan yang tidak melaut. “Aturannya jelas, mereka yang mendapatkan bantuan hanya berlaku bagi korban bencana, bukan karena cuaca buruk seperti nelayan tidak melaut,” ucapnya.

sumber: okezone