Tampilkan postingan dengan label Profil Wilayah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Profil Wilayah. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 12 November 2011

Profil Kabupaten Bangkalan



KEADAAN GEOGRAFI

Kabupaten Bangkalan dengan luas wilayah 1.260,14 km2 yang berada dibagian paling barat dari Pulau Madura terletak diantara koordinat 1120 40’06” - 1130 08’04” Bujur Timur serta 60 51’39” - 70 11’39” Lintang Selatan. Adapun batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut :

-          Sebelah Utara berbatasan dengan laut Jawa.

-          Sebelah Timur berbatasan dengan Wilayah Kabupaten Sampang.

-          Sebelah Selatan dan Barat berbatasan dengan Selat Madura.

Dilihat dari Topografi, maka daerah Kabupaten Bangkalan berada pada ketinggian 2 – 100 m diatas permukaan air laut. Wilayah yang terletak di pesisir pantai, seperti kecamatan Sepulu, Bangkalan, Socah, Kamal, Modung, Kwanyar, Arosbaya, Klampis, Tanjung Bumi, Labang dan Kecamatan Burneh mempunyai ketinggian antara 2 – 10 m diatas permukaaan air laut. Sedangkan wilayah yang terletak dibagian tengah mempunyai ketinggian antara 19 sampai dengan 100 m diatas permukaan air laut, tertinggi adalah kecamatan Geger dengan ketinggian 100 m DPL.



LAMBANG DAERAH
Lambang Kabupaten Bangkalan

      Lambang daerah kabupaten bangkalan ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 1971. Lambang Daerah melukiskan suatu keadaan Daerah Kabupaten Bangkalan sebagai salah satu daerah di Pulau Madura yang mempunyai ciri-ciri khas tersendiri adalah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Adapun arti dari bagian-bagian lambang terdiri dari :



PERISAI

Bentuk bunga teratai bersudut lima sebagai lambang kesetiaan penuh kepada Pancasila dan sifat kesatriaan, keagungan. Persaudaraan dan religious dari masyarakat Kabupaten Bangkalan.

BINTANG KUNING EMAS

Sebagai lambang segala langkah perjuangan masyarakat selalu dipedomani kepercayaan yang mendalam kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.



SENJATA PENGGALAN DAN SENJATA CAKRA

Sebagai lambang jiwa kepahlawanan dalam menentang penjajah dahulu selalu diwarisi oleh generasi-generasi selanjutnya dalam mempertahankan tegaknya Negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 45



LAUTAN

Sebagai tanda bahwa kabupaten Bangkalan sebagai bagian dari Pulau Madura yang dibatasi oleh lautan dan dari tiga arah, sebagai lambang dari kearifan dan kebijaksanaan yang dalam, serta kelapangan dada dalam menyelesaikan tugas dan kewajiban



PANAH, ANAK PANAH DAN BUSURNYA

Sebagai lambang kemauan yang keras dalam perjuangan menuju masyarakat adil dan makmur sesuai dengan tujuan Proklamasi 17 Agustus 1945



API KONANG

Sebagai lambang semangat yang tidak kunjung padam dari rakyat Kabupaten Bangkalan, dikenal sebagai daerah yang aktif membentuk suksesnya pembinaan persaudaraan dengan bangsa-bangsa lain di dunia dengan melalui forum olah raga (GANEFO)



UNTAIAN BUNGA KAPAS

Untaian bunga kapas sebanyak 17 (Tujuh Belas) butir melambangkan kemakmuran di bidang sandang dan untaian padi, sebanyak 45 (Empat Puluh Lima) butir melambangkan kemakmuran dibidang pangan.



SESANTI CIPTA INDRA CAKTI DHARMA

Yang berarti bahwa segala karya dari manusia hanya dapat terwujud dengan baik apabila mendapat ridho dari Tuhan yang Maha Esa.

Kamis, 10 November 2011

Profil Kabupaten Sampang


Mengenal Madura tidak lengkap Kiranya jika tidak mengnal Profil Masing-masing Kabupaten Berikut Profil Kabupaten Sampang.


Keadaan Geografis
Kabupaten Sampang secara administrasi terletak dalam wilayah Propinsi Jawa Timur yang secara geografis terletak di antara 113o08’ - 113o39’ Bujur Timur dan 6o 05’ - 7o13’ Lintang Selatan. Kabupaten Sampang terletak ± 100 Km dari Surabaya, dapat dengan melalui Jembatan Suramadu kira2 1,5 jam atau dengan perjalanan laut kurang lebih 45 menit dilanjutkan dengan perjalanan darat ± 2 jam. batas-batas wilayah Kabupaten Sampang adalah : • Sebelah Utara : Laut Jawa • Sebelah Selatan : Selat Madura • Sebelah Barat : Kabupaten Bangkalan. • Sebelah Timur : Kabupaten Pamekasan.
Secara keseluruhan Kabupaten Sampang mempunyai luas wilayah sebanyak 1.233,30 Km2. Proporsi luasan 14 kecamatan terdiri dari 6 kelurahan dan 180 Desa. Kecamatan Banyuates dengan luas 141,03 Km2 atau 11,44 % yang merupakan Kecamatan terluas, sedangkan Kecamatan terkecil adalah Pangarengan dengan luas hanya 42,7 Km2 (3,46 %).
Kabupaten Sampang mempunyai 1 buah pulau berpenghuni yang terletak di sebelah selatan Kecamatan Sampang. Nama pulau tersebut adalah Pulau Mandangin, luas Pulau Mandangin sebesar 1,650 km2. Akses transportasi ke Pulau Mandangin adalah dengan menggunakan transportasi air dalam hal ini adalah perahu motor yang berada di Pelabuhan Tanglok. Perjalanan dari Pelabuhan Tanglok menuju Pulau Mandangin ini membutuhkan waktu ± 30 menit Masakan khas kota ini adalah kaldu. Selain itu makanan khasnya adalah nasi jagung.

Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk berdasarkan BPS Kabupaten Sampang pada tahun 2005 sejumlah 794.914 jiwa


Lambang


BINTANG
PANCASILA KHUSUSNYA SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA
TOMBAK
JIWA PERJUANGAN UNTUK MENGUSIR PENJAJAH
PADI DAN KAPAS
KESUNGGUHAN DALAM MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN, KEADILAN DAN KEMAKMURAN
PERAHU
KEBAHARIAN YANG BERTANGGUNG JAWAB ATAS KEAMANAN DEMI KETAHANAN NASIONAL
MENARA DAN MASJID
KEKUATAN DALAM MELAKSANAKAN AJARAN AGAMA
SAWAH
PETANI YANG ULET DEMI KESELAMATAN GENERASI SELANJUTNYA
TRUNOJOYO
JIWA KEPAHLAWAN YANG MENGUTAMAKAN KEPENTINGAN UMUM


Selasa, 08 November 2011

Profil Kabupaten Pamekasan



Mengenal Madura tidak lengkap Kiranya jika tidak mengnal Profil Masing-masing Kabupaten Berikut Profil Kabupaten Pamekasan


Selayang Pandang

Kabupaten Pamekasan lahir dari proses sejarah yang cukup panjang. Nama Pamekasan sendiri baru dikenal  pada sepertiga abad ke 16, ketika Ronggo Sukowati mulai memindahkan pusat pemerintahan dari kraton Labangan Daja ke kraton Mandilaras. Memang belum cukup bukti tertulis yang menyebutkan proses perpindahan pusat pemerintahan sehinga terjadi perubahan nama wilayah ini.

Begitu juga munculnya sejarah pemerintahan di Pamekasan sangat jarang ditemukan bukti-bukti tertulis apalagi prasasti yang menjelaskan tentang kapan dan bagaimana keberadaannya.  Munculnya sejarah Pemerintah Lokal Pamekasan, diperkirakan baru diketahui sejak pertengahan abad ke lima belas (15) berdasarkan sumber sejarah tentang lahirnya mitos atau legenda Aryo Menak Sumoyo yang mulai merintis Pemerintahan Lokal di daerah Proppo atau Parupuk  Jauh sebelum munculnya legenda ini, keberadaan Pamekasan tidak banyak dibicarakan. Diperkirakan Pamekasan merupakan bagian dari pemerintahan Madura dan Sumenep, yang telah berdiri sejak pengangkatan Arya Wiraraja pada tanggal 13 Oktober 1268 oleh Kertanegara.

Jika pemerintahan lokal Pamekasan lahir pada abad 15, tidak dapat disangkal bahwa Kabupaten ini lahir pada zaman kegelapan Majapahit yaitu pada saat daerah-daerah pesisir di wilayah kekuasaan Majapahit mulai merintis berdirinya pemerintahan sendiri. Berkaitan dengan sejarah kegelapan Majapahit tentu tidak bias dipungkiri tentang kemiskinan data sejarah karena di Majapahit sendiri dalam penataan untuk mempertahankan bekas wilayah pemerintahannya sangat padat kegiatan dengan luas wilayah yang sangat besar.

Saat itu sastrawan-sastrawan terkenal setingkat Mpu Prapanca dan Mpu Tantular tidak banyak menghasilkan karya sastra, sedangkan kehidupan masyarakat Madura sendiri, nampaknya lebih berkembang sastra lisan dibandingkan dengan sastra tulis Graaf (2001) menulis bahwa orang Madura tidak mempunyai sejarah tertulis dalam bahasa sendiri mengenai raja-raja pribumi pada zaman pra-Islam.

Tulisan- tulisan yang kemudian mulai diperkenalkan sejarah pemerintahan  Pamekasan ini pada awalnya lebih banyak ditulis oleh penulis Belanda sehingga banyak menggunakan bahasa Belanda kemudian mulai diterjemahkan atau ditulils kembali oleh sejarawan Madura, seperti Zainal Fatah ataupun Abdurrahman. Memang masih ada bukti-bukti tertulis lainnya yang berkembang di masyarakat, seperti tulisan pada daun-daun lontar atau layang Madura, namun demikian tulisan pada layang inipun lebih banyak menceritakan sejarah kehidupan para Nabi (Rasul) dan sahabatnya, termasuk juga ajaran-ajaran agama sebagai salah satu sumber pelajaran agama bagi masyarakat luas.

Masa pencerahan sejarah lokal Pamekasan mulai terungkap sekitar paruh kedua abad ke-16, ketika pengaruh Mataram mulai masuk di Madura, terlebih lagi ketika Ronggo Sukowati mulai mereformasi pemerintahan dan pembangunan di Wilayahnya. Bahkan, raja ini disebut-sebut sebagai raja pertama di Pamekasan yang secara terang-terangan mulai mengembangkan Agama Islam di kraton dan rakyatnya. Hal ini diperkuat dengan pembuatan jalan se jimat ,yaitu jalan-jalan di alun-alun kota Pamekasan dan mendirikan masjid Jamik Pamekasan. Namun demikian, sampai saat ini masih belum bisa diketemukan adanya  inskripsi ataupun prasasti pada beberapa situs peninggalannya untuk menentukan kepastian tanggal dan bulan pada saat pertama kali ia memerintah Pamekasan.

Bahkan zaman Pemerintahan Ronggo Sukowati mulai dikenal sejak berkembangnya legenda Kyai Joko Piturun, pusaka andalan Ronggo Sukowati yang diceritakan mampu membunuh Pangeran Lemah Duwur dari Arosbaya melalui peristiwa mimpi. Padahal temuan ini sangat penting karena dianggap memiliki nilai sejarah untuk menentukan hari jadi kota Pamekasan.

Terungkapnya sejarah Pemerintahan di Pamekasan semakin ada titik terang setelah berhasilnya invasi Mataram ke Madura dan merintis pemerintahan lokal di bawah pengawasan Mataram. Hal ini dikisahkan dalam beberapa karya tulis seperti Babad Mataram dan Sejarah Dalem serta telah adanya beberapa penelitian sejarah oleh sarjana Barat yang lebih banyak dikaitkan dengan perkembangan sosial dan agama, khususnya perkembangan Islam di Pulau Jawa dan Madura, seperti Graaf dan TH. Pigland tentang kerajaan Islam pertama di Jawa dan Banda tentang Matahari Terbit dan Bulan Sabit.

Arti/Makna lambang
Lambang
Kabupaten Pamekasan

Perisai berbentuk Teratai bersudut lima beraturan berwarna hijau melambangkan kesucian, keadilan dan harapan masa gemilang, kemakmuran dan kesejahteraan bangsa.

Bintang berwarna kuning emas melambangkan pedoman hidup yang berketuhanan Yang Maha Esa.

Keris berwarna hitam melambangkan kesiapsiagaan dan keselamatan.


Laut berwarna biru melambangkan kejayaan dan kelapangan dada.

Daun/Bunga kapas berwarna hijau muda/putih dan setangkai padi berwarna kuning melambangkan keadilan sosial dan kemakmuran.

Madu Ganda Mangesti Tunggal artinya Madura yang harum ikut serta mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Mekkas Jatna Paksa Jenneng Dibi' artinya dengan kemampuan sendiri dan didukung oleh masyarakat Kabupaten Pamekasan menjalankan pemerintahan.

Lambang Kabupaten Pamekasan diciptakan pada tahun Saka 1896 (1964 M).

etak Geografis
Secara geografis Kabupaten Pamekasan yang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Jawa Timur terletak di sebelah timur Pulau Jawa pada salah satu Kabupaten kawasan Pulau Madura memiliki luas 792,30 Km2, tepatnya pada koordinat 6o51' - 7o31' LS (Lintang Selatan) dan 113o19' - 113o58 BT' (Bujur Timur). 




Secara administrasi, Kabupaten Pamekasan terletak di :
• Sebelah selatan berbatasan selat Madura 
• Sebelah timur berbatasan Kabupaten Sumenep 
• Sebelah utara berbatasan laut Jawa, dan
• Sebelah barat berbatasan Kabupaten Sampang 

Memiliki 2 musim yaitu :
• Musim hujan (Oktober - April), dan 
• Musim kemarau (April - Oktober) 
Suhu maksimum 30oC dan minimum 28oC dengan kelembaban udara 80%. Rata-rata curah per tahun 1.621,77 mm.

Demografi
Kabupaten Pamekasan secara Demografis memiliki penduduk 695.505 jiwa. Dengan kepadatan penduduk per Km2 cukup bervariatif. Secara Administratif Kabupaten Pamekasan terdiri dari 13 Kecamatan dan 189 Desa/Kelurahan. Sehingga Keberhasilan pembangunan tidak bisa dilepaskan dari permasalahan kependudukan mengingat penduduk merupakan subyek maupun obyek pembangunan itu sendiri. Guna mendukung tercapainya hasil-hasil pembangunan yang optimal, data kependudukan merupakan hal yang mutlak diperlukan meliputi jumlah, laju pertumbuhan penduduk, komposisi penduduk, penyebaran penduduk serta hal-hal terkait lain. 

Geologi
Secara struktur Geologi, wilayah Kabupaten Pamekasan mempunyai sumber daya alam yang tak ternilai dengan bahan tambang terdiri dari Holosen Alluvium, Pliosen Limestone Facies, Miosen Sendimentary Facies, Cleiston Clay Sedementary.

Sumber daya alam yang terkandung contohnya seperti: 
• Minyak bumi, pasir kuarsa, 
• Batu gamping, lempung sedimen, 
• Oker (limonit), gipsum dan fosfat. 

Kabupaten Pamekasan berada pada ketinggian, ialah:
• Antara 0 sampai dengan 340 meter dari permukaan laut dengan kemiringan rata-rata 0% sampai dengan 8%.
• Pada daerah-daerah bagian Selatan dan bagian Utara merupakan daerah yang relatif datar 37,74%.
• Berbukit 22,23% dengan ketinggian antara 50 sampai dengan 340 M dan kemiringan rata-rata 30% sampai dengan 50%.



Profil Kabupaten Sumenep

Mengenal Madura tidak lengkap Kiranya jika tidak mengnal Profil Masing-masing Kabupaten Berikut Profil Kabupaten Sumenep.

PENGANTAR
Sejarah Sumenep jaman dahulu diperintah oleh seorang Raja. Ada 35 Raja yang telah memimpin kerajaan Sumenep. Dan, sekarang ini telah dipimpin oleh seorang Bupati. Ada 14 Bupati yang memerintah Kabupaten Sumenep.
Mengingat sangat keringnya informasi/data yang otentik seperti prasati, pararaton, dan sebagainya mengenai Raja Sumenep maka tidak seluruh Raja-Raja tersebut kami ekspose satu persatu, kecuali hanya Raja-Raja yang menonjol saja popularitasnya.
Pendekatan yang kami gunakan dalam penulisan ini adalah pendekatan historis dan kultural, selain itu kami gunakan juga pendekatan ekonomis, psikologis dan edukatif.

JAMAN PEMERINTAH KERAJAANARYA WIRARAJA
Arya Wiraja dilatik sebagai Adipati pertama Sumenep pada tanggal 31 Oktober 1269, yang sekaligus bertepatan dengan hari jadi Kabupaten Sumenep. Selama dipimpin oleh Arya Wiraja, banyak kemajuan yang dialami kerajaan Sumenep. Pria yang berasal dari desa Nangka Jawa Timur ini memiliki pribadi dan kecakapan/kemampuan yang baik. Arya Wiraja secara umum dikenal sebagai seorang pakar dalam ilmu penasehat/pengatur strategi, analisanya cukup tajam dan terarah sehingga banyak yang mengira Arya Wiraja adalah seorang dukun.
Adapun jasa-jasa Arya Wiraja :
- Mendirikan Majapahit b ersama dengan Raden Wijaya.
- Menghancurkan tentara Cina/tartar serta mengusirnya dari tanah Jawa.
Dalam usia 35 Tahun, karier Arya Wiraja cepat menanjak. Mulai jabatan Demang Kerajaan Singosari kemudian dipromosikan oleh Kartanegara Raja Singosari menjadi Adipati Kerajaan Sumenep, kemudian dipromosikan oleh Raden Wijaya menjadi Rakyan Menteri di Kerajaan Majapahit dan bertugas di Lumajang. Setelah Arya Wiraja meninggalkan Sumenep, kerajaan di ujung timur Madura itu mengalami kemunduran. kekuasaan diserahkan kepada saudaranya Arya Bangah dan keratonnya pindah dari Batuputih ke Banasare di wilayah Sumenep juga. Selanjutnya diganti oleh anaknya, yang bernama Arya Danurwendo, yang keratonnya pindah ke Desa Tanjung. Dan selanjutnya diganti oleh anaknya, yang bernama Arya asparati. Diganti pula oleh anaknya bernama Panembahan Djoharsari. Selanjutnya kekuasaan dipindahkan kepada anaknya bernama Panembahan Mandaraja, yang mempunyai 2 anak bernama Pangeran Bukabu yang kemudian menganti ayahnya dan pindah ke Keratonnya di Bukabu (Kecamatan Ambunten). Selanjutnya diganti oleh adiknya bernama Pangeran Baragung yang kemudian pindah ke Desa Baragung (Kecamatan Guluk-guluk).
PANGERAN JOKOTOLE (Pangeran Secodiningrat III)
Pangeran Jokotole menjadi raja Sumenep yang ke 13 selama 45 tahun (1415-1460). Jokotole da adiknya bernama Jokowedi lahir dari Raden Ayu Potre Koneng, cicit dari Pangeran Bukabu sebagai hasil dari perkawinan bathin (melalui mimpi) dengan Adipoday (Raja Sumenep ke 12). Karena hasil dari perkawinan Bathin itulah, maka banyak orang yang tidak percaya. Dan akhirnya, seolah-olah terkesan sebagai kehamilan diluar nikah. Akhirnya menimbulkan kemarahan kedua orang tuanya, sampai akan dihukum mati. Sejak kehamilannya, banyak terjadi hal-hal yang aneh dan diluar dugaan. Karena takut kepada orang tuanya maka kelahiran bayi RA Potre Koneng langsung diletakkan di hutan oleh dayangya. Dan, ditemukan oleh Empu Kelleng yang kemudian disusui oleh kerbau miliknya.
Peristiwa kelahiran Jokotole, terulang lagi oleh adiknya yaitu Jokowedi. Kesaktian Jokotole mulai terlihat pada usia 6 tahun lebih, seperti membuat alat-alat perkakas dengan tanpa bantuan dari alat apapun hanya dari badanya sendiri, yang hasilnya lebih bagus ketimbang ayah angkatnya sendiri. Lewat kesaktiannya itulah maka ia membantu para pekerja pandai besi yang kelelahan dan sakit akibat kepanasan termasuk ayah angkatnya dalam pengelasan membuat pintu gerbang raksasa atas pehendak Brawijaya VII. Dengan cara membakar dirinya dan kemudian menjadi arang itulah kemudian lewat pusarnya keluar cairan putih. Cairan putih tersebut untuk keperluan pengelasan pintu raksasa. Dan, akhirnya ia diberi hadiah emas dan uang logam seberat badannya. Akhirnya ia mengabdi di kerajaan Majapahit untuk beberapa lama.
Banyak kesuksessan yang ia raih selama mengadi di kerajaan Majapahit tersebut yang sekaligus menjadi mantu dari Patih Muda Majapahit. Setibanya dari Sumenep ia bersama istrinya bernama Dewi Ratnadi bersua ke Keraton yang akhirnya bertemu dengan ibunya RA Potre Koneng dan kemudian dilantik menjadi Raja Sumenep dengan Gelar Pangeran Secodiningrat III. Saat menjadi raja ia terlibat pertempuran besar melawan raja dari Bali yaitu Dampo Awang, yang akhirnya dimenangkan oleh Raja Jokotole dengan kesaktiannya menghancurkan kesaktiannya Dampo Awang. Dan kemudian kekuasaannya berakhir pada tahun 1460 dan kemudian digantikan oleh Arya Wigananda putra pertama dari Jokotole.
RADEN AYU TIRTONEGORO DAN BINDARA SAOD
Raden Ayu Tirtonegoro merupakan satu-satunya pemimpin wanita dalam sejarah kerajaan Sumenep sebagai Kepala Pemerintahan yang ke 30. Menurut hikayat RA Tirtonegoro pada suatu malam bermimipi supaya Ratu kawin dengan Bindara Saod. Setelah Bindara Saod dipanggil, diceritakanlah mimpi itu. Setelah ada kata sepakat perkawinan dilaksanakan, Bindara Saodmenjadi suami Ratu dengan gelar Tumenggung Tirtonegoro.
Terjadi peristiwa tragis pama masa pemerintahan Ratu Tirtonegoro. Raden Purwonegoro Patih Kerajaan Sumenep waktu mencintai Ratu Tirtonegoro, sehingga sangat membenci Bindara Saod, bahkan merencanakan membunuhnya. Raden Purwonegoro datang ke keraton lalu mengayunkan pedang namun tidak mengenai sasaran dan pedang tertancap dalam ke tiang pendopo. Malah sebaliknya Raden Purwonegoro tewas di tangan Manteri Sawunggaling dan Kyai Sanggatarona. Seperti diketahui bahwa Ratu Tirtonegoro dan Purwonegoro sama-sama keturunan Tumenggung Yudonegoro Raja Sumenep ke 23. Akibatnya keluarga kerajaan Sumenep menjadi dua golongan yang berpihak pada Ratu Tirtonegoro diperbolehkan tetap tinggal di Sumenep dan diwajibkan merubah gelarnya dengan sebutan Kyai serta berjanji untuk tidak akan menentang Bindara Saod sampai tujuh turunan. Sedang golongan yang tidak setuju pada ketentuan tersebut dianjurkan meninggalkan kerajaan Sumenep dan kembali ke Pamekasan, Sampang atau Bangkalan.
PANEMBAHAN SOMALA
Bandara Saod dengan isterinya yang pertama di Batu Ampar mempunyai 2 orang anak. Pada saat kedua anak Bindara Saod itu datang ke keraton memenuhi panggilan Ratu Tirtonegoro, anak yang kedua yang bernama Somala terlebih dahulu dalam menyungkem kepada Ratu sedangkan kakaknya mendahulukan menyungkem kepada ayahnya (Bindara Saod). Saat itu pula keluar wasiat Sang Ratu yang dicatat oleh sektretaris kerajaan. Isi wasiat menyatakan bahwa di kelak kemudian hari apabila Bindara Saod meninggal maka yang diperkenankan untuk mengganti menjadi Raja Sumenep adalah Somala. Setelah Bindara Saod meninggal 8 hari kemudian Ratu Tirtonegoro ikut meninggal tahun 1762, sesuai dengan wasiat Ratu yang menjadi Raja Sumenep adalah Somala dengan gelar Panembahan Notokusumo I.
Beberapa peristiwa penting pada zaman pemerintahan Somala antara lain menyerang negeri Blambangan dan berhasil menang sehingga Blambangan dan Panarukan menjadi wilayah kekuasaan Panembangan Notokusumo I. Kemudian beliau membangun keraton Sumenep yang sekarang berfungsi sebagai Pendopo Kabupaten. Selanjutnya beliau membangun Masjid Jamik pada tahuhn 1763, Asta Tinggi (tempat pemakaman Raja-Raja Sumenep dan keluarganya) juga dibangun oleh beliau.
SULTAN ABDURRACHMAN PAKUNATANINGRAT
Sultan Abdurrachman Pakunataningrat bernama asli Notonegoro putra dari Raja Sumenep yaitu Panembahan Notokusumo I. Sultan Abdurrachman Pakunataningrat mendapat gelar Doktor Kesusastraan dari pemerintah Inggris, karena beliau pernah membantu Letnan Gubernur Jendral Raffles untuk menterjemahkan tulisan-tulisan kuno di batu kedalam bahasa Melayu. Beliau memang meguasai berbagai bahasa, seperti bahasa Sansekerta, Bahasa Kawi, dan sebagainya. Dan, juga ilmu pengetahuan dan Agama. Disamping itu pandai membuat senjata Keris. Sultan Abdurrachman Pakunataningrat dikenal sangat bijaksana dan memperhatikan rakyat Sumenep, oleh karena itu ia sangat disegani dan dijunjung tinggi oleh rakyat Sumenep sampai sekarang.

ARTI LAMBANG DAERAH KABUPATEN SUMENEP


Lambang
Kabupaten Sumenep




SK DPRD-GR Tanggal 25 Mei 1965
NO.:3/II/20DPRD-DR/65/2820
Ukuran Lambang
82.5 x 105 cm (11 14)


Bentuk Lambang
Berbentuk "PERISAI" dengan mempunyai 5 (lima) sudut. Makna Perisai melambangakan senantiasa kesiapsediaan dan keberanian masyarakat dan daerah tingkat II Sumenep untuk mempertahankan diri dari setiap gangguan kedzoliman serta mempertahankan keunggulan dan kemakmuran daerah.
Makna dan Kemakmuran daerah

Makna dari 5 (lima) sudut perisai melambangkan dasar yang akan ditaati dan akan dipertahankan oleh masyarakat daerah tingkat II Sumenep, ialah falsafah dasar Negara Kita Pancasila. Karena itu maka sudut 5 (lima) yang melingkari dan merupakan bentuk dari perisai tersebut.
Versiering isi perisai :
Terdapat gambar KUDA BERSAYAP yang berwarna kuning emas, diambil dari lambang kepahlawanan terkenal di daerah tingkat II Sumenep yang ada hubungannya dengan cerita kuno yaitu kuda Skati dari Pahlawan Putra Sumenep DJOKO TOLE (Aria Panole) dengan lukisan kuda itu melambangkan jiwa keberanian dan patriotisme mesyarakat daerah Tingkat II Sumenep, dan sayap dari kuda itu melambangkan jiwa penuh dinamika. Sedang warna kuning melambangkan dasar mengagungkan Tuhan Yang Maha Esa yang menyoroti setiap gerak dan usaha Daerah Tingkat II Sumenep. Selaras pula dengan dasar pertama dari Pancasila. Selain gambar lukisan kuda bersayap berwarna kuning emas tersebut, ditetapkan pula adanya PITA yang berisikan tulisan SUMEKAR (Nama Sumenep diwaktu jaman nenek moyang kita).

Makna dari kata Sumekar itu ialah senantiasa berkembang (mekar) yang sesuai sekali dengan perkembangan revolusi nasional kita yang terus berkembang "in the rising deman" mencapai terwujudnya cita-cita Pancasila amanat penderitaan rakyat yang terkenal dengan SOSIALISME INDONESIA.
Sikap dan bentuk Kuda :
Ditetapkan dalam keadaan beraksi menentang, kepalanya sedikit tunduk menoleh ke kiri (gigih, bahasa Madura "nyoronteng"). Sayap kuda berdiri tegak sesuai dengan keadaan kuda yang siap sedia mengemban amanat Penderitaan Rakyat Daerah Tingkat II Sumenep. Bulu ekor kuda keriting 8, mengingatkan kita pada tahun 1945 dan keritingan dari bulu-bulu itu kita harus bersatu.

Pita di dalam :
Pita dalam perisai ditetapkan berwarna dasar putih dan tulisan dengan warna dasar berwarna merah, melambangkan SANG MERAH PUTIH bendera kita Negara Republik Indonesia.

Dasar Hijau dari :
Warna hijau ialah berarti yang akan datang (harapan) terhadap cita-cita yang diperjuangkan.
Warna Hitam :
Sebagai batas tertentu yang melingkari perisai dengan arti dari lingkaran termaksud menyatukan cita-cita.
KEADAAN GEOGRAFIS
• Batas Wilayah
BATAS WILAYAH ADMINISTRASI
Letak Kabupaten Sumenep yang berada diujung Timur Pulau Madura merupakan Wilayah yang unik karena selain terdiri wilayah daratan juga terdiri dari kepulauan yang tersebar berjumlah 126 pulau (sesuai dengan hasil sinkronisasi luas Kabupaten Sumenep Tahun 2002). Kabupaten Sumenep terletak diantara 113 032 (54"-116 016 (48" Bujur Timur dan diantara 4 055 (-7 024 1 Lintang Selatan.
Gugusan pulau-pulau yang ada di Sumenep, Pulau yang paling utara adalah Pulau Karamian yang terletak di Kecamatan Masalembu dengan jarak ±151 Mil laut dari Pelabuhan Kalianget, dan pulau yang paling Timur adalah Plilau Sakala dengan jarak ±165 MiI laut dari Pelabuhan Kalianget. Sumenep memiliki batas-batas sebagai berikut :
1. Sebelah selatan berbatasan dengan : - Selat Madura
2. Sebelah Utara berbatasan dengan : - Laut Jawa
3. Sebelah Barat berbatasan dengan : - Kabupaten Pamekasan
4. Sebelah Timur berbatasan dengan : - Laut Jawa / Laut Flores

• Luas Wilayah
LUAS WILAYAH KABUPATEN SUMENEP
Luas daerah Kabupaten Sumenep adalah 2.093.457573 KM2, terdiri dari luas daratan 1.146,927065 KM 2 (54,79%) dan luas kepulauan 946.530508 KM 2 (45,21%) Sedangkan luas wilayah perairan Kabupaten Sumenep ± 50.000 KM2

• Wilayah Administrasi
WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAH
Adapun Struktur Wilayah Admihistrasi Pemerintah Kabupaten Sumenep adalah :
Kecamatan : 27
18 Kecamatan Daratan
9 Kecamatan Kepulauan
Kelurahan : 4 Desa : 328
242 Desa di Daratan
86 Desa di Kepulauan
Rukun Warga (RW) : 1.774
Rukun Tetangga (RT) : 5.569

• Perkembangan Penduduk
PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK DI KABUPATEN SUMENEP TAHUN 2005

Tahun Penduduk (Jiwa) Kepadatan(Jiwa/Km2)
Laki - Laki Perempuan Jumlah
2005 478.995 524.040 1.003.035 478,85
Sumber Data : Kantor Kependudukan dan Catatan Sipil

• Keadaan Tanah
Keadaan tanah di Kbupaten Sumenep terdiri dari beberapa jenis tanah antara lain sebagai berikut :
a. Jenis tanah Aluvial Hodromortif, sebagian besar terdapat di Kecamatan Saronggi
dan sebagian kecil terdapat di Kecamatan Batang-batang.
b. Jenis Tanah Alluvial Kelabu Kekuningan sebagian besar terdapat di Kecamatan
Kota Sumenep dan sebagian kecil terdapat di Kecamatan Saronggi.
c. Jenis Tanah Litosol, sebagian besar tedapat di Kecamatan Guluk-guluk dan sebagian
kecil terdapat di Kecamatan Lenteng.
d. Jenis tanah Asosiasi Litosol dan Mediteran, sebagian besar terdapat di Kecamatan Bluto,
Saronggi dan sebagian kecil terdapat di Kecamatan Talango.
e. Jenis Regusol Coklat Kekiningan, sebagian besar terdapat di Kecamatan Giligenting
dan sebagian kecil terdapat di Kecamatan Gapura.
f. Jenis tanah komplek Brows Forest Litosol dan meniteran, sebagian besar terdapat di
Kecamatan Pragaan, Gading, Guluk-guluk, dan sebagian kecil terdapat di
Kecamatan Saronggi dan Ambunten.
g. Jenis Tanah Grumosol Kelabu, sebagian besar terdapat di Kecamatan Gading dan
sebagian kecil tedapat di Kecamatan Kalianget.
h. Jenis Tanah Komplek Mediteran Grumusol, egusol, dan Litosol sebagian besar
terdapat di Kecamatan Batu Putih dan sebagian kecil terdapat di Kecamatan Gapura.

• Ketinggian Wilayah

Luas Daerah Berdasarkan Ketinggian Tempat Di Kabupaten Sumenep Tahun 2005
No Ketinggian tempat
(Meter Di Atas Permukaan Laut) Luas (Km2) (%)
1. 0 – 25 (DPL ) 980,40 49,05
2. 25 – 50 (DPL ) 338,38 16,93
3. 50 – 100 (DPL ) 383,50 19,19
4. 100 – 500 (DPL ) 296,36 14,83
JUMLAH 1.998,54 100
Sumber Data : BPS Kabupaten Sumenep