Selasa, 08 November 2011

Profil Kabupaten Pamekasan



Mengenal Madura tidak lengkap Kiranya jika tidak mengnal Profil Masing-masing Kabupaten Berikut Profil Kabupaten Pamekasan


Selayang Pandang

Kabupaten Pamekasan lahir dari proses sejarah yang cukup panjang. Nama Pamekasan sendiri baru dikenal  pada sepertiga abad ke 16, ketika Ronggo Sukowati mulai memindahkan pusat pemerintahan dari kraton Labangan Daja ke kraton Mandilaras. Memang belum cukup bukti tertulis yang menyebutkan proses perpindahan pusat pemerintahan sehinga terjadi perubahan nama wilayah ini.

Begitu juga munculnya sejarah pemerintahan di Pamekasan sangat jarang ditemukan bukti-bukti tertulis apalagi prasasti yang menjelaskan tentang kapan dan bagaimana keberadaannya.  Munculnya sejarah Pemerintah Lokal Pamekasan, diperkirakan baru diketahui sejak pertengahan abad ke lima belas (15) berdasarkan sumber sejarah tentang lahirnya mitos atau legenda Aryo Menak Sumoyo yang mulai merintis Pemerintahan Lokal di daerah Proppo atau Parupuk  Jauh sebelum munculnya legenda ini, keberadaan Pamekasan tidak banyak dibicarakan. Diperkirakan Pamekasan merupakan bagian dari pemerintahan Madura dan Sumenep, yang telah berdiri sejak pengangkatan Arya Wiraraja pada tanggal 13 Oktober 1268 oleh Kertanegara.

Jika pemerintahan lokal Pamekasan lahir pada abad 15, tidak dapat disangkal bahwa Kabupaten ini lahir pada zaman kegelapan Majapahit yaitu pada saat daerah-daerah pesisir di wilayah kekuasaan Majapahit mulai merintis berdirinya pemerintahan sendiri. Berkaitan dengan sejarah kegelapan Majapahit tentu tidak bias dipungkiri tentang kemiskinan data sejarah karena di Majapahit sendiri dalam penataan untuk mempertahankan bekas wilayah pemerintahannya sangat padat kegiatan dengan luas wilayah yang sangat besar.

Saat itu sastrawan-sastrawan terkenal setingkat Mpu Prapanca dan Mpu Tantular tidak banyak menghasilkan karya sastra, sedangkan kehidupan masyarakat Madura sendiri, nampaknya lebih berkembang sastra lisan dibandingkan dengan sastra tulis Graaf (2001) menulis bahwa orang Madura tidak mempunyai sejarah tertulis dalam bahasa sendiri mengenai raja-raja pribumi pada zaman pra-Islam.

Tulisan- tulisan yang kemudian mulai diperkenalkan sejarah pemerintahan  Pamekasan ini pada awalnya lebih banyak ditulis oleh penulis Belanda sehingga banyak menggunakan bahasa Belanda kemudian mulai diterjemahkan atau ditulils kembali oleh sejarawan Madura, seperti Zainal Fatah ataupun Abdurrahman. Memang masih ada bukti-bukti tertulis lainnya yang berkembang di masyarakat, seperti tulisan pada daun-daun lontar atau layang Madura, namun demikian tulisan pada layang inipun lebih banyak menceritakan sejarah kehidupan para Nabi (Rasul) dan sahabatnya, termasuk juga ajaran-ajaran agama sebagai salah satu sumber pelajaran agama bagi masyarakat luas.

Masa pencerahan sejarah lokal Pamekasan mulai terungkap sekitar paruh kedua abad ke-16, ketika pengaruh Mataram mulai masuk di Madura, terlebih lagi ketika Ronggo Sukowati mulai mereformasi pemerintahan dan pembangunan di Wilayahnya. Bahkan, raja ini disebut-sebut sebagai raja pertama di Pamekasan yang secara terang-terangan mulai mengembangkan Agama Islam di kraton dan rakyatnya. Hal ini diperkuat dengan pembuatan jalan se jimat ,yaitu jalan-jalan di alun-alun kota Pamekasan dan mendirikan masjid Jamik Pamekasan. Namun demikian, sampai saat ini masih belum bisa diketemukan adanya  inskripsi ataupun prasasti pada beberapa situs peninggalannya untuk menentukan kepastian tanggal dan bulan pada saat pertama kali ia memerintah Pamekasan.

Bahkan zaman Pemerintahan Ronggo Sukowati mulai dikenal sejak berkembangnya legenda Kyai Joko Piturun, pusaka andalan Ronggo Sukowati yang diceritakan mampu membunuh Pangeran Lemah Duwur dari Arosbaya melalui peristiwa mimpi. Padahal temuan ini sangat penting karena dianggap memiliki nilai sejarah untuk menentukan hari jadi kota Pamekasan.

Terungkapnya sejarah Pemerintahan di Pamekasan semakin ada titik terang setelah berhasilnya invasi Mataram ke Madura dan merintis pemerintahan lokal di bawah pengawasan Mataram. Hal ini dikisahkan dalam beberapa karya tulis seperti Babad Mataram dan Sejarah Dalem serta telah adanya beberapa penelitian sejarah oleh sarjana Barat yang lebih banyak dikaitkan dengan perkembangan sosial dan agama, khususnya perkembangan Islam di Pulau Jawa dan Madura, seperti Graaf dan TH. Pigland tentang kerajaan Islam pertama di Jawa dan Banda tentang Matahari Terbit dan Bulan Sabit.

Arti/Makna lambang
Lambang
Kabupaten Pamekasan

Perisai berbentuk Teratai bersudut lima beraturan berwarna hijau melambangkan kesucian, keadilan dan harapan masa gemilang, kemakmuran dan kesejahteraan bangsa.

Bintang berwarna kuning emas melambangkan pedoman hidup yang berketuhanan Yang Maha Esa.

Keris berwarna hitam melambangkan kesiapsiagaan dan keselamatan.


Laut berwarna biru melambangkan kejayaan dan kelapangan dada.

Daun/Bunga kapas berwarna hijau muda/putih dan setangkai padi berwarna kuning melambangkan keadilan sosial dan kemakmuran.

Madu Ganda Mangesti Tunggal artinya Madura yang harum ikut serta mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Mekkas Jatna Paksa Jenneng Dibi' artinya dengan kemampuan sendiri dan didukung oleh masyarakat Kabupaten Pamekasan menjalankan pemerintahan.

Lambang Kabupaten Pamekasan diciptakan pada tahun Saka 1896 (1964 M).

etak Geografis
Secara geografis Kabupaten Pamekasan yang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Jawa Timur terletak di sebelah timur Pulau Jawa pada salah satu Kabupaten kawasan Pulau Madura memiliki luas 792,30 Km2, tepatnya pada koordinat 6o51' - 7o31' LS (Lintang Selatan) dan 113o19' - 113o58 BT' (Bujur Timur). 




Secara administrasi, Kabupaten Pamekasan terletak di :
• Sebelah selatan berbatasan selat Madura 
• Sebelah timur berbatasan Kabupaten Sumenep 
• Sebelah utara berbatasan laut Jawa, dan
• Sebelah barat berbatasan Kabupaten Sampang 

Memiliki 2 musim yaitu :
• Musim hujan (Oktober - April), dan 
• Musim kemarau (April - Oktober) 
Suhu maksimum 30oC dan minimum 28oC dengan kelembaban udara 80%. Rata-rata curah per tahun 1.621,77 mm.

Demografi
Kabupaten Pamekasan secara Demografis memiliki penduduk 695.505 jiwa. Dengan kepadatan penduduk per Km2 cukup bervariatif. Secara Administratif Kabupaten Pamekasan terdiri dari 13 Kecamatan dan 189 Desa/Kelurahan. Sehingga Keberhasilan pembangunan tidak bisa dilepaskan dari permasalahan kependudukan mengingat penduduk merupakan subyek maupun obyek pembangunan itu sendiri. Guna mendukung tercapainya hasil-hasil pembangunan yang optimal, data kependudukan merupakan hal yang mutlak diperlukan meliputi jumlah, laju pertumbuhan penduduk, komposisi penduduk, penyebaran penduduk serta hal-hal terkait lain. 

Geologi
Secara struktur Geologi, wilayah Kabupaten Pamekasan mempunyai sumber daya alam yang tak ternilai dengan bahan tambang terdiri dari Holosen Alluvium, Pliosen Limestone Facies, Miosen Sendimentary Facies, Cleiston Clay Sedementary.

Sumber daya alam yang terkandung contohnya seperti: 
• Minyak bumi, pasir kuarsa, 
• Batu gamping, lempung sedimen, 
• Oker (limonit), gipsum dan fosfat. 

Kabupaten Pamekasan berada pada ketinggian, ialah:
• Antara 0 sampai dengan 340 meter dari permukaan laut dengan kemiringan rata-rata 0% sampai dengan 8%.
• Pada daerah-daerah bagian Selatan dan bagian Utara merupakan daerah yang relatif datar 37,74%.
• Berbukit 22,23% dengan ketinggian antara 50 sampai dengan 340 M dan kemiringan rata-rata 30% sampai dengan 50%.



Tidak ada komentar: