Kamis, 05 Mei 2011

SISTEM AKUNTANSI

Sistem akuntansi terdiri dari dokumen bukti transaksi, alat-alat pencatatan, laporan-laporan dan prosedur-prosedur yang digunakan perusahaan untuk mencatat transaksi-transaksi serta melaporkan hasil-hasilnya. Operasi sistem akuntansi meliputi tiga tahapan. Pertama kita harus mengenal dokumen bukti transaksi yang digunakan perusahaan, baikmengenai banyaknya maupun jumlah rupiahnya, serta data penting lainnya yang berkaitan dengan transaski perusahaan. Kedua kita harus mengelompokkan dan mencatat data yang tercantum dalam dokumen bukti transaksi ke dalam catatan-catatan akuntansi. Ketiga kita harus meringkas informasi yang tercantum dalam catatan-catatan akuntansi menjadi laporan-laporan untuk manajemen dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

BUKU BESAR PEMBANTU

Sebagaimana telah kita ketahui, buku besar berisi rekening-rekening untuk mencatat pengaruh transaksi terhadap aktiva, utang, modal pendapatan, dan biaya. Rekening dalam buku besar digunakan untuk mencatat pengaruh segala macam transaksi yang berhubungan de­ngan rekening yang bersangkutan. Sebagai contoh, pada sisi debet rekening Piutang Dagang dicatat penjualan kredit yang dilakukan kepada semua de­bitur, dan pada sisi kredit dicatat pelunasan yang diterima dari semua debitur. Saldo rekening Piutang Dagang menunjukkan jumlah saldo piutang kepada seluruh debitur. Apabila jumlah debitur cukup banyak, maka rekening Piutang Dagang tidak dapat dengan segera menunjukkan saldo piutang kepada ma­sing-masing debitur. Hal ini merupakan salah satu kelemahan rekening buku besar.

Untuk mengatasi kelemahan tersebut, maka dalam sistem akuntansi perusahaan perlu diciptakan suatu alat pencatatan tambahan yang disebut buku besar pembantu (disingkat buku pembantu) atau disebut juga buku tambahan. Buku Pembantu disediakan untuk rekening-rekening buku besar yang membutuhkan perincian; misalnya piutang dagang, utang dagang, dan persediaan barang dagangan. Dari buku pembantu ini dapat disusun daftar mengenai rekening yang bersangkutan pada setiap tanggal yang dikehendaki (biasanya akhir bulan atau akhir tahun). Mekanisme pencatatan ke dalam buku besar dan buku pembantu dapat dilukiskan dengan skema berikut.

Seperti terlihat dalam skema, pencatatan transaksi dila­kukan atas dasar bukti transaksi. Dalam contoh tersebut, dimisalkan bukti transaksinya adalah berupa faktur penjualan sebanyak 2 (dua) rangkap. Lembar bukti pertama digunakan untuk mencatat transaksi ke dalam jurnal untuk selanjutnya secara periodik dibukukan ke buku besar. Lembar bukti Kedua digunakan untuk mencatat transaksi ke dalam buku besar pembantu. Pencatatan ke dalam buku jurnal dilakukan dengan mendebet dan mengkredit rekening-rekening (metoda pembukuan berpasangan), sedangkan pencatatan ke dalam-buku pembantu hanya dilakukan dengan mendebet atau mengkredit rekening pembantu yang bersangkutan.



Dengan adanya buku pem­bantu, maka kelemahan informasi dalam rekening buku besar dapat diatasi karena buku pembantu dapat menjawab pertanyaan mengenai rincian informasi yang terdapat di buku besar. Untuk mengecek ketelitian pencatatan, pada akhir periode tertentu perlu diadakan pencocokan antara saldo rekening. Piutang Dagang di buku besar dengan jumlah saldo masing-masing rekening piutang yang terdapat di buku pembantu. Jumlah keduanya harus sama; apabila tidak demikian, berarti telah terjadi kesalahan pencatatan.

JURNAL KHUSUS

Jurnal yang telah kita pelajari pada bab-bab yang lalu, digunakan untuk mencatat segala macam transaksi keuangan yang terjadi, sehingga jurnal semacam itu disebut Jurnal Umum. Apabila perusahaan menggunakan Jurnal Umum, maka setiap ayat jurnal yang dicatat dalam jurnal tersebut harus di­bukukan ke buku besar secara individual (ayat demi ayat). Oleh karena itu, pembukuan (posting) dari Jurnal Umum.ke buku besar akan membutuhkan waktu dan tenaga yang tidak sedikit. Salah satu cara untuk mengurangi pekerjaan tulis-menulis sehingga dapat menghemat waktu dan tenaga adalah dengan membagi transaksi menjadi beberapa kelompok yang sejenis dan menyediakan jurnal-jurnal khusus untuk mencatat setiap kelompok transaksi.

Sesuai Jengan namanya, jurnal khusus adalah jurnal yang digunakan khusus untuk mencatat kelompok transaksi-transaksi yang sejenis. Penge­lompokkan transaksi-transaksi yang sejenis bergantung pada aktivitas per­usahaan yang bersangkutan. Sebagai contoh, kebanyakan transaksi dalam perusahaan dagang dapat dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu penjualan secara kredit, pembelian secara kredit, penerimaan kas, dan pe­ngeluaran kas. Apabila untuk tiap kelompok transaksi digunakan jurnal khu­sus, maka jurnal yang disediakan terdiri atas:

  1. Jurnal Penjualan (untuk mencatat penjualan secara kredit).
  2. Jurnal Pembelian (untuk mencatat pembelian secara kredit).
  3. Jurnal Penerimaan Kas (untuk mencatat penerimaan kas).
  4. Jurnal Pengeluaran Kas (untuk mencatat pengeluaran kas).

Meskipun telah disediakan jurnal-jurnal khusus, perusahaan tetap mem­butuhkan Jurnal Umum yang digunakan untuk mencatat transaksi-transaksi yang tidak dapat dicatat di dalam jurnal khusus, dan juga untuk keperluan membuat jurnal penyesuaian, penutupan, dan koreksi pembukuan. Format dan cara pemakaian jurnal-jurnal khusus berbeda dengan Jurnal Umum yang telah kita kenal selama ini Perubahan ini dilakukan dengan maksud agar pengerjaan jurnal dan pembukuan dari jurnal ke Buku Besar dapat dilakukar secara lebih efisien. Di bawah ini akan diberikan contoh masing-­masing jurnal khusus yang telah disebutkan di atas.

JURNAL PENJUALAN

Jurnal Penjualan adalah jurnal yang khusus digunakan untuk mencatat transaksi-transaksi penjualan yang dilakukan secara kredit. Penjualan secara tunai biasanya tidak dicatat dalarn jurnal ini karena dalam transaksi penju­alan tunai terjadi penerimaan kas, sehingga penjualan tunai biasanya dicatat dalam Jurnal Penerimaan Kas. Oleh karena tidak ada transaksi lain yang dicatat dalarn jurnal ini selain transaksi penjualan secara kredit, maka pembu­kuan dari Jurnal Penjualan ke buku Besar menjadi seragam, yaitu berupa pendebetan ke dalam rekening Piutang Dagang dan pengkreditan ke reke­ning Penjualan.

Atas dasar hal tersebut, maka format jurnal dan cara pengerjaan serta pembukuan dari jurnal ke buku basar dapat disederhanakan. Penulisan ayat jurnal tidak perlu dilakukan dengan menunjukkan rekening yang didebet clan dikredit (karena sudah diketahui apa yang akan didebet dan dikredit), melain­kan cukup dinyatakan dengan menuliskan tanggal transaksi, keterangan kepada siapa penjualan kredit dilakukan, nomor faktur, dan jumlah rupiahnya.

Pencatatan ke dalam jurnal khusus dilakukan secara harian, tetapi pem­bukuan (posting) ke buku besar dapat dilakukan secara bulanan (tiap akhir bulan). Pembukuan transaksi panjualan kredit ke dalam Buku Pembantu Piutang tetap dilakukan secara harian, karena salah satu fungsi buku pem­bantu adalah memberikan informasi setiap saat diperlukan, sehingga data dalam buku pembantu harus selalu mutahir (up to date).

Cara pencatatan transaksi dalam jurnal khusus lebih sederhana bila di­bandingkan dengan Jurnal Umum. Jurnal khusus semacam ini menghemat pengerjaan pembukuan dari jurnal ke buku besar (posting) karena adanya kolom-kolom khusus untuk mengumpulkan pendebetan dan pengkreditan dari trarisaksi-transaksi sejenis Jumlah-jumlah yang dimasukkan pada kolom­-kolom khusus tersebut kemudian dibukukan ke buku besar dalam jumlah to­talnya, tidak setiap jumlah rupiah yang tercatat di dalamnya.

Buku Pembantu Piutang

Pada bab yang lalu telah dijelaskan bahwa apabila kita melakukan penju­alan secara kredit, maka kita akan mendebet sebuah rekening yang disebut Piutang Dagang. Akan tetapi jika perusahaan memiliki lebih dari satu orang pembeli yang biasa melakukan pembelian secara kredit, maka rekening harus dirancring sehingga dapat menunjukkan jumlah pembelian yang telah dilakukan kepada masing-masing pembeli (debitur), jumlah penjualan yang telah dilakukan kepada masing-masing rembeli, dan sisa tagihan kepada masing-masing pembeli. Agar informasi te sebut dapat diperoleh, maka harus disediakan rekening yang terpisah untuk masing-masing pembeli.

Salah satu kemungkinan untuk mencapai hal ini, adalah dengan menyelenggarakan sejumlah rekening piutang dagang yang terpisah untuk masing-masing debitur dalam buku besar. Cara seperti ini akan menyebab­kan rekening buku besar menjadi sangat banyak jumlahnya, sehingga tidak praktis untuk diterapkan. Cara yang terbaik adalah dengan menyelenggara­kan suatu catatan tambahan. Buku besar tetap diselenggarakan seperti bia­sa dan menyediakan satu rekening Piutang Dagang untuk mencatat semua transaksi yang berhubungan dengan piutang dagang. Selain itu, transaksi yang berhubungan dengan piutang juga dicatat dalam sebuah buku catatan tambahan yang disebut Buku Pembantu Piutang. Dalam buku pembantu ini disediakar satu rekening pembantu untuk setiap debitur. Dengan demikian jumlah reker,ing pembantu yang perlu disediakan akan tergantung pada jurnlah debitur yang dimiliki perusahaan.

Pembukuan dari Jurnal Penjualan

Setiap transaksi penjualan yang dicatat dalam Jurnal Penjualan di­bukukan secara harian ke dalam rekening pembantu piutang dalam Buku Pembantu Pi,atang. Pembukuan secara harian ini akan membuat Buku Pem­bantu Piutang mampu memberikan informasi tentang piutang kepada setiap debitur sewaktu-waktu diperlukan. Informasi ini sangat dibutuhkan perusahaan, misalnya untuk memberi persetujuan penjualan kredit berikutnya, atau untuk urusan penagihan.

Selain pembukuan secara harian ke Buku Pembantu Piutang, pada akhir bulan dari Jurnal Penjualan dilakukan pula pembukuan ke Buku Besar. Jumlah yang dibukukan ke Buku Besar adalah total penjualan kredit yang dilakukan dalam bulan yang bersangkutan. Pembukuan (posting) dilakukan dengan mendebet rekening Piutang Dagang dan mengkredit rekening Pen­jualan di Buku Esesar.

Penggunaan rekening-rekening untuk masing-masing debitur dalam Buku Pembantu Piutang tidaklah menggantikan peranan rekening Piutang Dagang di Buku Besar, karena keduanya saling melengkapi. Rekening Piutang Da­gang di Buku Besar tetap perlu diselenggarakan, karena rekening irii mempu­nyai dua fungsi, yaitu: (1) menunjukkan jumlah total piutang dagang-secara keseluruhan, dan (2) menguji ketelitian pencatatan piutang dalam Buku Pem­bantu Piutang Dzgang. Fungsi ini dapat dilakukan dengan cara memban­dingkan jumlah saldo rekening Piutang Dagang di Buku Besar dengan jumlah saldo-saldo masing-masing piutang di Buku Pembantu. Keduanya harus menunjukkan jumlah yang sama. Apabila tidak demikian, berarti terdapat kesalahan dalam pencatatan transaksi piutang.

Petunjuk Jurnal

Angka yang dibukukan ke dalam suatu rekening bisa berasal dari berbagai jurnal. Jurnal yang menjadi sumber pembukuan ke dalam suatu rekening harus ditunjukkan dalam rekening, sehingga apabila kita ingin melacak sum­ber pembukuan dalam rekening, maka hal itu dapat dilakukan dengan mudah. Oleh karena itu dalam rekening disediakan kolom JR (singkatan dari jurnal) yang menunjukkan dari jurnal mana dan halaman berapa suatu angka berasal. Mengingat bahwa perusahaan mempunyai berbagai jurnal, maka untuk tiap jurnal diberi singkatan tertentu, misalnya : J = Jurnal Penjualan, B = Jurnal Pembelian, T = Jurnal Penerimaan Kas, K = Jurnal Pergeluaran Kas, U = Jurnal Umum.

Rekening Kontrol

Apabila kita pe-hatikan proses pembukuan dari Jurnal Penjualan ke dalam Buku Pembantu Piutang (harian) dan ke Buku Besar (bulanan), seolah-olah catatan piutang telah didebet dua kali, sedangkan penjualan hanya dikredit satu kali. Dalam hal ini perlu diperhatikan perbedaan peranan rekening Buku Besar dan rekening di Buku Pembantu. Metoda pembukuan berpa­sangan yang telah kita pahami hanya diterapkan pada rekening-rekening di Buku Besar. Dalam Buku Besar, pendebetan harus selalu sama dengan pengkreditannya. Di pihak lain, Buku Pembantu Piutang ha­nyalah merupakan catatan tambahan. Pencatatan ke dalam Buku Pembantu tidak perlu dilakukan dengan mendebet dan mengkredit. Jika suatu transaksi dicatat dalam Puku Besar dan Buku Pembantu, hal itu tidak berarti bahwa transaksi dicatat dua kali, karena catatan pembantu hanya merupakan tam­bahan atas cat atan di Buku Besar.

Setelan semua ayat dalam jurnal dibukukan, maka saldo rekening Piu­tang Dagang harus sama dengan jumlah saldo-saldo semua rekening piutang pada langganan yang terdapat dalam Buku Pembantu Piutang. Oleh karena itu, rekening Piutang Dagang dikatakan mengontrol Buku Pembantu Piutang. Itulah sebabnya rekening Piutang Dagang disebut sebagai suatu rekening kontrol. Sebaliknya, karena Buku Pembantu Piutang hanya merupakan ca­tatan tambahan yang dikontrol oleh rekening Piutang Dagang di Buku Besar, maka ia disebut Buku Besar Pembantu. Apabila setelah semua ayat jurnal dibukukan, ternyata bahwa saldo rekening Piutang Dagang di Buku Besar tidak sama dengan jumlah semua saldo rekening pada langganan di Buku Pembantu Piutang, maka hal itu menunjukkan adanya kesalahan.

JURNAL PENERIMAAN KAS

Jurnal Penerima.an Kas adalah jurnal yang disediakan khusus untuk rnencatat transaksi penerimaan kas. Untuk menghemat waktu pencatatan, maka jurnal ini dirancang dengan menyediakan sejumlah kolom dan hanya total rupiah setiap kolom yang akan dibukukan ke buku besar. Penyediaan sejumlah kolom ini diperlukan, karena apabila transaksi penerimaan kas berasal dari berbagai sumber, maka pengkreditan harus dilakukan pada beberapa buah rekening. Sebagai contoh, penerimaan kas pada sebuah perusahaan dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu: (1) pene­rimaan kas dari penjualan tunai, (2) penerimaan kas dari para debitur yang membayar kewajibannya, dan (3) penerimaan kas dari sumber lain-lain.

Penerimaan Kas dari Penjualan Tunai

Penerimaan kas dari penjualan tunai biasanya ditangani oleh kasir dengan menggunakan peralatan kas register. Data dalam kas register dijumlahkan setiap hari, dan jumlahnya (total penjualan tunai harian) dicatat dengan mendebet rekening Kas dan mengkredit rekening Penjualan. Apabila peru­sahaan menggunakan Jurnal Penerimaan Kas, maka pendebetan ditulis dalam kolom Kas - Debet, dan pengkreditan ditulis dalam kolom khusus yang berjudul Penjualan (dikredit). Dengan meng­gunakan kolom Penjualan yang khusus semacam ini, maka kita akan dapat membukukan total penjualan tunai untuk satu bulan dengan satu angka (tidak dibukukan transaksi demi transaksi seperti dalam jurnal umum.

Pada saat suatu transaksi penjualan tunai dicatat dalam Jurnal Pene­rimaan Kas, pemegang buku mencantumkan tanda (-) pada kolom Referensi untuk menunjukkan bahwa ayat jurnal tersebut tidak perlu dibukukan ke da­lam buku pembantu tertentu.

Penerimaan Kas dari Debitur

Apabila perusahaan menggunakan Jurnal Penerimaan Kas untuk mencatat transaksi penerimaan kas dari debitur, maka nama debitur ditulis pada kolom Rekening Dikredit. Jumlah yang dikre­ditkan pada rekening debitur ditulis pada kolom Piutang Dagang - Kredit. Pendebetan ditulis pada kolom Kas dan kolom Potongan Penjualan. Pende­betan dan pengkreditan yang dilakukan apabila perusahaan menggunakan Jurnal Penerimaan Kas tidak berbeda dengan jurnal umum yang telah kita pelajari pada bab-bab yang lalu. Perbedaannya pada cara penulisan di buku jurnal dan pembukuannya ke Buku Besar.

Penerimaan Kas Lain-lain

Pada umumnya sebagian besar penerimaan kas adalah berasal dari penju­alan tunai dan penerimaan pembayaran dari debitur. Akan tetapi walaupun tidak sering terjadi, terdapat sejumlah penerimaan kas yang berasal dari sumber lain, seperti misalnya penerimaan kas yang timbul karena peru­sahaan meminjam uang dari bank, atau dari hasil penjualan aktiva yang sudah tidak digunakan. Oleh karena itu dalam jurnal Penerimaan Kas perlu disediakan kolom khusus untuk mencatat penerimaan-penerimaan kas yang jarang terjadi, yang diberi judul Lain-lain. Dalam kolom ini dicatat penerimaan dari berbagai sumber, selain penerimaan yang berasal dari penjualan tunai dan penerimaan kas dari debitur. Pada umumnya transaksi yang dicatat pada kolom ini tidak banyak jumlahnya dan dikreditkan pada berbagai reke­ning di Buku Besar.

Kolom Referensi dalam Jurnal Penerimaan Kas digunakan untuk me­nunjukkan kode rekening yang dikredit di Buku Besar dari kolom Lain-Lain. Selain itu, kolom ini juga digunakan menuliskan tanda v. Tanda ini mengan­dung arti bahwa ayat jurnal yang bersangkutan dibukukan juga dalam buku pembantu (dalam hal ini Buku Pembantu Piutang Dagang).

Pembukuan (Posting) Akhir Bulan

Pada setiap akhir bulan, angka penjumlahan kolom-kolom Kas, Potongan Penjualan, Penjualan, dan Piutang Dagang, dari Jurnal Penerimaan Kas dibukukan ke rekening-rekening yang bersangkutan di Buku Besar. Seba­gaimana ielah disebutkan di atas, cara pembukuan semacam ini akan sangat menyederhanakan pekerjaan, karena hanya angka penjumlahan transaksi selama sebulan yang dibukukan ke Buku Besar. Dalam hal ini kesamaan jumlah pendebetan dan pengkreditan tetap harus dipertahankan. Oleh karena itu untuk mendapatkan keyakinan bahwa pendebetan sama dengan peng­kreditannya, maka kita perlu melakukan penjumlahan mendatar angka-angka total kolom-kolom debet dan kolom-kolom kredit dengan cara sebagai berikut:

Kolom Debet Kolom Kredit

Kas .................... Rp 1.977.000 Penjualan .............. Rp1.730.000

Potongan Penjualan .......... 3.000 Piutang Dagang............ 150.000

Lain-lain Kredit............. 100.000

Jumlah... .... Rp 1.980.000 Rp 1.980.000

Dalam pengujian di atas ternyata bahwa jumlah debet sama dengan jumlah kredit, sehingga kita dapat menarik kesimpulan bahwa pendebetan dalam jurnal sama dengan pengkreditannya.

Buku Pembantu Utang

Seperti halnya dengan piutang dagang, perusahaan juga membutuhkan ca­tatan yang menunjukkan utang kepada masing-masing kreditur. Untuk itu perlu disediakan satu buah rekening kontrol yang disebut Utang Dagang di Buku Besar dan rekening-rekening utang kepada masing-masing kreditur dalam Buku Pembantu Utang. Tehnik pencatatan dalam jurnal khusus, rekening kontrol, dan buku pembantu, seperti yang diterapkan pada piutang dagang, juga digunakan dalam pencatatan utang dagang. Perbedaannya ialah bahwa penjurnalannya dilakukan dalam jurnal khusus yang disebut Jurnal Pembelian dan Jurnal Pengeluaran Kas.

JURNAL PEMBELIAN

Jurnal Pembelian adalah jurnal yang khusus digunakan untuk mencatat pembelian secara kredit. Jurnal Pembelian yang sederhana hanya memiliki satu kolom jumlah rupiah, seperti hanya Jurnal Penjualan dalam. Akan tetapi Jurnal Pembelian dapat juga dirancang untuk mencatat pembelian perlengkapan (tidak hanya mencatat pembelian barang da­gangan). Jurnal Pembelian semacam ini memiliki beberapa kolom jumlah rupiah. Informasi ten­tang tanggal faktur dan termin pembelian dapat digunakan untuk menentukan Kapan suatu utang harus dibayar. Kolom kredit Utang Dagang digunakan untuk mencatat jumlah yang harus dikreditkan pada masing- masing kreditur. Setiap transaksi yang menyangkut utang dagang dibukukan secara harian ke dalam Buku Pembantu Utang pada rekening kreditur yang bersangkutan. Pada akhir bulan, angka penjumlahan setiap kolom dibukukan dengan men­debet rekening Pembelian dan rekening Perlengkapan dan mengkredit re­kening Utang Dagang.

JURNAL PENGELUARAN KAS

Jurnal Pengeluaran Kas adalah jurnal yang khusus disediakan untuk men­catat transaksi-transaksi pengeluaran kas. Seperti halnya Jurnal Penerimaan Kas, Jurnal pengeluaran Kas juga mempunyai sejumlah kolom rupiah, se­hingga transaksi yang terjadi berulang-ulang tidak perlu dibukukan satu demi satu, melainkan jumlah totalnya pada setiap akhir bulan. Pengeluaran kas yang sering terjadi pada perusahain dagang pada umumnya berupa penge­luar'an untuk membayar utang dagang. Oleh karena itu salan satu kolom debet yang harus disediakan adalah kolom Utang Dagang. Bersamaan de­ngan pembayaran utang dagang, biasanya perusahaan mendapat potongan pembelian yang juga harus disediakan kolom khusus untuk mencatatnya. Kolom-kolom lain yang harus disediakan dalam suatu Jurnal Pengeluaran Kas tergantung pada kebutuhan, yaitu tergantung pada ada tidaknya penge­luaran kas yang sering terjadi. Untuk mencatat pengeluaran kas yang jarang terjadi, pada sisi debet perlu disediakan suatu kolom yang disebut kolom Lain-lain.

Pembukuan (posting) ke dalam Buku Besar dilakukan setiap akhir bulan. Sebelum posting dilakukan, semua kolom rupiah dijumlahkan terlebih dahulu. Angka yang dibukukan ke rekening di Buku besar adalah angka hasil penjumlahan pada kolom-kolom rupiah. Cara seperti ini akan sangat menyederhanakan pekerjaan pembukuan. Khusus untuk kolom debet Lain-lain, apabila dalam kolom tersebut dicatat pengeluaran kas yang menyangkut berbagai rekening, maka pembukuannya harus dilakukan ayat demi ayat (tidak jumlah totalnya). Pembukaan dari kolom debet Lain-lain ini dapat juga diselengga­rakan secara harian.

Pembukuan ke dalam Buku P'embantu Utang dilakukan secara harian, seperti halnya pembukuan ke dalam Buku Pembantu Piutang dari Jurnal Penerimaan Kas. Segera setelah suatu ayat dibukukan ke Buku Pembantu Utang, pada kolom Penunjuk Pembukuan (PP) dicantumkan tanda v, sebagai petunjuk bahwa ayat jurnal tersebut dibukukan ke Buku Pembantu.

Pengujian dan Ketelitian Pembukuan

Setelah semua pembukuan selesai dikerjakan, maka secara periodik saldo-­saldo rekening di buku Besar dan di Buku Pembantu perlu diuji ketelitiannya. Untuk itu pertama-tama kita harus menyusun neraca saldo dari Buku Besar untuk membuktikan kesamaan debet dan kredit. Jika neraca saldo menunjuk­kan bahwa jumlah debet dan kredit seimbang (termasuk di dalamnya sejumlah rekening kontrol), maka kita dapat menarik kesimpulan bahwa Buku Besar telah diselenggarakan dengan benar. Selanjutnya kita perlu melakukan pengujian atas Buku Pembantu Piutang dan Buku Pembantu Utang dengan cara membuat Daftar Piutang Dagang dan Daftar Utang Da­gang. Sebagai contoh, untuk membuat Daftar Utang Dagang kita dapat mengutip data saldo semua rekening kreditur yang terdapat dalam Buku Pembantu Utang dan kemudian menjumlahkannya. Apabila jumlah menurut Daftar Utang Degang sama dengan saldo menurut rekening kontrol Utang Dagang di Buku Besar, maka kita dapat menarik kesimpulan bahwa pembukuan telah dilaksanakan dengan benar.

JURNAL UMUM

Apabila perusahaan menggunakan jurnal-jurnal khusus seperti dilukiskan di atas, perusahaan tetap membutuhkan Jurnal Umum. Sesuai dengan namanya, Jurnal Khusus hanya dapat digunakan untuk mencatat transaksi­-transaksi tertentu. Sebagai contoh, Jurnal Penerimaan Kas hanya dapat di­gunakan untuk mencatat transaksi penerimaan kas. Jurnal ini jelas tidak dapat digunakan untuk mencatat transaksi pembelian atau pengeluaran kas. Oleh karena itu perusahaan perlu menyediakan Jurnal Umum yang dapat dipergunakan untuk mencatat transaksi-transaksi yang tidak dapat dicatat dalam Jurnal Khusus. Sebagai contoh, Jurnal Umum dapat digunakan untuk mencatat penyesuaian pembukuan, penutupan pembukuan, koreksi, dan, transaksi-transeksi lainnya yang tidak dapat dicatat di Jurnal Khusus. Bentuk dan cara pemakaian Jurnal Umum tidak berbeda dengan jurnal yang telah kita kenal pada bab-bab yang lalu.

Pembukuan (posting) dan Jurnal Umum ke Buku Besar dapat dilakukan secara bulanan atau harian, tergantung pada jumlah transaksi yang dicatat dalam Jurnal Umum setiap bulannya. Apabila jumlah transaksi yang dicatat dalam Jurnal Umum tidak terlampau banyak, maka pembukuan ke buku be­sar dapat dilakukan setiap akhir bulan bersama-sama dengan pembukuan dari jurnal-jurnal khusus. Akan tetapi jika jumlah transaksi yang dicatat dalam Jurnal Umum cukup banyak, maka pembukuan dapat dilakukan se­cara harian. Namun perlu diperhatikan bahwa pembukuan dari Jurnal Umum ke Buku Besar harus dilakukan ayat demi ayat. Hal ini disebabkan karena rekening yang harus didebec dan dikredit dari Jurnal Umum terdiri dari berbagai rekening yang berbeda.

Tidak ada komentar: