Senin, 02 Mei 2011

Jelang Liburan, PKL Pun Mulai Jor-joran Stok Suvenir Khas Madura

Liputan-Madura. Kawasan kaki Jembatan Suramadu sisi Madura terus menggeliat. Di sepanjang jalur jalan akses jembatan itu semakin bermunculan pedafang makanan minuman hingga sovernir melayani para pelancong yang berlibur ke Madura.

Mmemang, sejak jembatan yang melintang di atas Selat Madura sepanjang 5,4 km dioperasional langsung menyedot perhatian masyarakat luas. Bahkan keberadaan jembatan yang dibangun dengan biaya sekitar Rp 4,5 triliun ini pun masih tetap menjadi ikon sekaligus menjadi tempat tujuan wisatawan.

Uci, satu wisatawan dari Ternate mengaku tertarik untuk melihat langsung jembatan terpanjang di Indonesia ini. Ia sengaja membawa handycam untuk merekam pengalamannya melewati jembatan Suramadu ini.

“Kebetulan ada rapat di Surabaya. Jadi sekalian sebelum balik saya pingin lihat langsung jembatan yang terpanjang di Indonesia ini,” tuturnya. “Memang menakjubkan, terutama saat kita melintas di posisi tengah jembatan. Pemandangan luar biasa,” tambahnya.

Potensi Jembatan Suramadu menjadi objek wisata ini memang sudah mulai dirasakan warga Madura sejak diresmikan Presiden SBY pada 10 Juni 2009 lalu. Animo masyarakat yang ingin melintas jembatan,-- paling fenomenal untuk ukuran Indonesia dewasa ini,--relatif begitu besar.

Itu pun masih berlangsung hingga sekarang. Ketika hari Sabtu dan Minggu atau hari libur, volume pengendara roda empat maupun sepeda motor yang melintas di Jembatan Suramadua, relatif meningkat dibanding hari-hari biasa.

Penelusuran Surabaya Post, pelintas Jembatan Suramadu setiap hari pada hari biasa mencapai rata-rata 30 ribu kendaraan,--20 ribu unit sepeda motor, dan 10 ribu unit kendaraan roda empat. “Jika hari Sabtu dan minggu atau saat liburan, biasanya volume kendaraan meningkat hingga 20 persen,” ujar petugas di pintu Jembatan Suramadu.

Senada diakui Adi, pedagang souvenir di areal eksis sisi Madura Jembatan Suramadu, Dia mengemukakan hingga saat ini wisatawan masih terus mengalir ke Jembatan Suramadu. “Ramainya wisatawan biasanya setiap akhir pekan, bahkan kalau musim libur bisa empat kali lipat dari hari biasa,” ujarnya.

Sejak Jembatan Suramadu dioperasional, kawasan sisi Madura telah bermunculan pedagang yang menjual makanan dan minuman hingga souvenir khas Madura. Seperti baju Sakera, Odheng, kaos Suramadu, pigura hias, aneka pecut hias, aneka arit (cerulit)hias, patung karapan sapi dan masih banyak lainnya.

Di sepanjang jalur eksis itu juga banyak ditemuai -penjual makanan khas Madura, seperti Soto Madura dan Sate Madura. Ada juga aneka camilan khas Madura seperti kripik gayam, terung, tripang, lorjuk, singkong, petis ikan/udang/lorjuk, rengginang dan lain-lain.

Di sepanjang jalan itu terdapat sekitar 800 PKL. “Ketika musim liburan sekolah datang, omset penjualan saya bisa meningkat tiga sampai empat kali lipat,” ujar Adi. “Jika hari-hari biasa omset penjualan saya rata-rata Rp 200 ribu, namun kalau hari Minggu atau liburan sekolah bisa menembus Rp 1 juta pe hari,” tambahnya Adi, seraya mengaku juga mulai mempersiapkan menghadapi liburan dengan menambah koleksi suvenir khas Madura.

Tak hanya Adi, beberapa pedagang juga terkesan jor-joran menambah koleksi suvernir khas Madura untuk dijual ke wisatawan. “Pekan depan sudah memasuki liburan. Dan paling laris dicari orang adalah souvenir,” tutur Mamad, pedagan lainnya.

Mereka mengemukakan pengunjung memang sebagian besar adalah wisatawan nusantara (wisnu), namun ada juga wisatawan mancanegara (wisman). “Stan saya sering dikunjungi wisatawan asal Malaysia. Kebanyakan mereka membeli batik Madura,” katanya.

Setali tiga uang, Abdul Catur penjaga parkir di sepanjang Suramadu sisi Madura mengatakan hal senada terkait potensi DTW Suramadu. Ia mengatakan saat ramai-ramainya pada waktu liburan. “Kalau liburan sekolah, parkir ini bisa penuh sepanjang jalan ini mas, itu aja banyak yang silih berganti. Wisatawannya bisa ratusan orang mas,” tuturnya.

Abdul menjelaskan pertumbuhan pedagang di sepanjang jalan sisi Madura pesat sejak tahun 2010. “Dulu memang sudah banyak pedagang di sini, namun mulai banyak ini sejak awal tahun 2010 lalu, ini nanti pasti malah akan semakin panjang pedagangnya,” tuturnya.

Abdul mengatakan pedagang-pedagang di sepanjang jalan merupakan pedagang asuhan dari pemkab Bangkalan. “Para pedagang di sini adalah asuhan Pemkab Bangkalan, mereka membayar retribusi sehari Rp. 1.000 pada pemkab,” imbuhnya. *


Sumber: Surabayapostonline

Tidak ada komentar: