Liputan-Madura.Sungguh disayangkan, ketika Pemkab Sumenep getol merayu investor untuk mengembangkan wisata bahari kepulauan, justru eksotiknya terumbu karang di perairan Pulau Gili Raja (Giligenting) mengalami kerusakan 50 persen.
Keberadaan terumbu karang yang semestinya bisa menjadi primadona untuk dijual ke wisatawan itu diduga menjadi korban peledakan bom ikan. Kondisi itu ditambah dengan air laut tercemar dengan tumpukan sampah dan kotoran lain yang sengaja dibuang kelaut.
Kerudakan terumbu karang ini juga pernah diekspos komunitas penyelam dari Surabaya melakukan survie di perairan, seiring dengan rencana pemerintah Kabupaten Sumenep untuk mengembangkan wisata laut.
Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten Sumenep, M. Nasir ikut menyesalkan kondisi terumbu karang itu. “Semestinya potensi laut yang bisa mendukung obyek wisata bahari ini dijaga kelestarian oleh masyarakat. Kelestarian terumbu karang itu pun tetap menjadi perhatian kita semua,” ujarnya, Rabu (1/6) pagi tadi.
Dia kembali menyesalkan ulah warga yang kurang menjaga potensi laut. Kesadaran menjaga keselamatan terumbu karang dan kebersihan laut masih lemah. “Ke depan perlu ada kerjasama yang baik dan menciptakan kesadaran lingkungan,” tuturnya. "Saya mengharapkan nelayan juga tidak lagi menggunakan bom ikan dan tidak membuang sampah ke laut. Sebab kerusakan terumbu karang sudah mencapai 50 persen," terangnya.
Selain itu, pihaknya meminta agar masyarakat ikut mengawasi nelayan yang datang dari luar daerah yang pada umumnya menggunakan bom ikan untuk mendapatkan hasil. "Tanpa keterlibatan warga setempat melakukan pengawasan sulit terwujud menjaga keselamatan laut," tandasnya.
Kalau Pulau Gili Raja, lanjut dia, memang sangat cocok untuk wisata diving atau snorkling karena dasar lautnya bagus dan kondisi ombaknya bersahabat. Bahkan selama ini sudah sering dijadikan tempat beristirahat para pesiar kapal besar.
Pulau Gili Raja mempunyai sejarah tersendiri dengan berdirinya Nusantara ini. Dulu pulau yang berada di Selatan Kota Sumenep menjadi tempat bersandarnya kapal perang dan kapal pedagang Belanda dan Jepang. "Sampai saat ini, kapal pedagang milik Belanda yang tenggelam masih utuh dan ada di Perairan Pulau Gili Raja," paparnya.
Pulau yang terletak di Selat Madura itu terbagi dalam empat desa. Yakni, Desa Banmaling, Lombang, Jati dan Desa Banbaru. Untuk menuju pulau itu hanya membutuhkan waktu satu jam dengan menggunakan perahu layar motor (PLM) dari Pelabuhan Cangkaraman, Bluto.
Sumber: Surabayapostonline
Tidak ada komentar:
Posting Komentar