Liputan-Madura.Sumenep.BANGKAI Kapal Fyenoord’ No 455-456 yang tenggelam di laut Pulau Giliraja, yang semula diyakini kapal perang milik Belanda masa Perang Dunia II bernilai Rp 500 miliar, ternyata hanya sebuah kapal dagang. Ini tentunya memupus gagasan Pemkab Sumenep untuk menjadikan objek wisata laut atas temuan kapal tersebut.
Mengingat, hasil penelitian dan pengecekan lebih lanjut yang dilakukan TNI AL menunjukkan eksistensi bangkai kapal dagang itu tidak mempunyai hestori yang bisa dieksploirasi untuk menarik wisatawan. Di dalam kapal pun dalam kondisi kosong. Tidak ditemukan adanya bahan peledak atau perlengkapan senjata perang seperti dugaan sebelumnya, berikut barang-barang bernilai sejarah perjalanan bangsa Indonesia.
Danlanal Batupuron TNI AL Madura, Murcoriyono, mengatakan, kapal milik Belanda buatan Rotterdam tahun 1914 itu diduga tenggelam sebelum Indonesia Merdeka. “Kapal itu biasanya digunakan untuk mengangkut hasil bumi. Jadi, bukan kapal perang,” kata Murcoriyono, Sabtu (16/4) siang tadi.
Masyarakat nelayan, lanjut dia, tidak perlu takut dengan keberadaan kapal yang berukuran 7x50 meter tersebut. Sebab, sudah pasti tidak ada bahan atau benda yang membahayakan, namun, tetap perlu hati-hati dengan posisi kapal yang dekat dengan bibir pantai. “Karena anjungan kapal bisa mengganggu aktivitas nelayan,” terangnya. Semula, tim penyelam menemukan nomor lambung kapal bertuliskan FyeNoord’ No 455-456 dan peringatan di kamar mesin bertuliskan “Waarschuwing! Voorzichtig! De Ketels En Machines Bij Het Openen Niet Met Open Light Te Naderen Alvorens Deze Voldoende Geventileerd Zinj”.
Pihak Arkeolog Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan, Mojokerto, juga sempat turun kelokasi dan membawa nomor lambung kapal dan papan peringatan itu untuk dilakukan kajian lebih lanjut. Semula itu merupakan bangkai kapal perang Belanda yang bernilai sejarah tinggi,--bahkan jika diuangkan bisa bernilai Rp 500 miliar.
Sementara, Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Sumenep, M Nasir mengatakan, dengan hasil kajian itu pihaknya tak perlu lagi bernafsu untuk menjadikan wisata bawah laut. “Karena hanya bangkai kapal dagang yang tidak mengandung histori, ya tidak perlu dijadikan objek wisata bawah laut,” terangnya.
Meski demikian, pihaknya tetap mempunyai rencana mengevakuasi bangkai kapal karena keberadaannya bisa mengganggu aktivitas nelayan. “Bangkai kapal itu pasti dievakuasi agar tidak menggangu aktivitas nelayan.Setidaknya, bisa dijadikan besi tualah,” pungkasnya.
Sumber:
surabayapostonline
Tidak ada komentar:
Posting Komentar