Liputan-Madura. Banyak cara membuat masyarakat akrab satu dengan lain. Di Pamekasan, Madura, Jawa Timur, tradisi gulat okol terus digelar untuk maksud tersebut. Ribuan warga pun antusias menyaksikan acara yang digelar di lapangan Desa Nyalabu, baru-baru ini.
Awalnya tradisi ini diselenggarakan dalam rangka upacara mememinta hujan. Namun dalam perkembangannya, tradisi gulat okol berubah menjadi hiburan rakyat yang menarik.
Aturan main dalam gulat okol sederhana. Tokoh masyarakat atau dihadirkan sebagai wasit atau biasa disebut jawara okol. Saat wasit memberi kesempatan pada warga yang ingin bermain, siapa pun boleh maju ke tengah arena. Tanpa syarat, yang penting berani.
Jika orang tersebut sudah mendapat lawan yang dinilai seimbang--terutama postur dan berat badan, maka pertandingan bisa segera dimulai. Aturannya tidak susah. Siapa yang bisa menjatuhkan lawan dan punggung lawan menggenai tanah maka dialah pemenangnya.
Dalam okol peserta tidak boleh menendang atau memukul. Aturan ini cukup tegas diterapkan. Bila dilanggar maka ia tak boleh ikut dalam pertandingan selanjutnya. Sedangkan bagi pemenang, hadiahnya yang disediakan cukup unik, yakni sebungkus rokok. Jika belum puas, pegulat yang kalah bisa ikut bertanding lagi dan lagi.
Tradisi okol konon sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Saat ini tradisi tersebut menjadi hiburan rakyat, sekaligus perekat persaudaraan di antara warga desa sekitar. Soalnya, usai bertanding, peserta langsung bersalaman. Tak ada dendam di antara mereka. Yang ada hanyalah tawa gembira, tentu saja sambil menikmati rokok hasil perjuangan menjatuhkan lawan.
Sumber: Liputa6.com
Aturan main dalam gulat okol sederhana. Tokoh masyarakat atau dihadirkan sebagai wasit atau biasa disebut jawara okol. Saat wasit memberi kesempatan pada warga yang ingin bermain, siapa pun boleh maju ke tengah arena. Tanpa syarat, yang penting berani.
Jika orang tersebut sudah mendapat lawan yang dinilai seimbang--terutama postur dan berat badan, maka pertandingan bisa segera dimulai. Aturannya tidak susah. Siapa yang bisa menjatuhkan lawan dan punggung lawan menggenai tanah maka dialah pemenangnya.
Dalam okol peserta tidak boleh menendang atau memukul. Aturan ini cukup tegas diterapkan. Bila dilanggar maka ia tak boleh ikut dalam pertandingan selanjutnya. Sedangkan bagi pemenang, hadiahnya yang disediakan cukup unik, yakni sebungkus rokok. Jika belum puas, pegulat yang kalah bisa ikut bertanding lagi dan lagi.
Tradisi okol konon sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Saat ini tradisi tersebut menjadi hiburan rakyat, sekaligus perekat persaudaraan di antara warga desa sekitar. Soalnya, usai bertanding, peserta langsung bersalaman. Tak ada dendam di antara mereka. Yang ada hanyalah tawa gembira, tentu saja sambil menikmati rokok hasil perjuangan menjatuhkan lawan.
Sumber: Liputa6.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar