Liputan-Madura. Banyaknya petani yang menanam tembakau lebih awal di beberapa wilayah menjadi perhatian Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten Sumenep, Jawa Timur.
"Kami minta agar petani tembakau tidak terburu-buru dan waspada dengan kondisi cuaca. Sebab saat ini, kondisi cuaca tidak menentu dan cenderung berubah-rubah," kata Nasah Bandy, Kepala Bidang Perkebunan Dishutbun Sumenep, kepada www.today.co.id, Kamis (12/05/2011).
Menurutnya, kondisi cuaca yang tidak menentu mengancam terhadap kualitas tembakau bagi petani yang menanam tembakau lebih awal, terutama yang ada di lahan rendah.
"Sejumlah petani tembakau seperti Kecamatan Bluto, Lenteng dan Pasongsongan sudah menamam tembakau. Padahal, kondisi cuaca masih belum bisa dipastikan," imbuhnya.
Apalagi, lanjutnya, ploting areal pertanian tembakau dari pemerintah provinsi belum ditentukan. Namun, jika berkaca pada tahun 2010 lalu kemungkinan besar luar areal tanam tembakau akan lebih meningkat. Cuma, kepastiannya masih menunggu dari Pemprov Jatim.
"Tahun 2010, luas areal tanaman tembakau mencapai 9.166 hektare dengan hasil produksi 5500 ton. Kemungkinan, tahun ini akan lebih meningkat lagi," tegasnya.
Dia menjelaskan, biasanya memasuki bulan Mei, petani tembakau sudah banyak tanam tembakau. Tapi karena cuaca yang tidak dapat dipastikan, hanya sebagian kecil petani tembakau yang mulai menggarap lahannya untuk ditanami tembakau.
"Memang, jika petani terpaksa menanam tembakau lebih awal beresiko karena akan berdampak pada kualitas tembakau khususnya di perairan rendah. Makanya, kami meminta agar petani tembakau waspada dan berhati-hati melakukan penanaman agar tidak rugi,"tandasnya.
Sementara itu, anggota Komisi B DPRD Sumenep, M Fausi meminta agar Dishutbun Sumenep berkordinasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kalianget Sumenep terkait kepastian musim kemarau.
"Kordinasi tersebut penting untuk dilakukan sehingga dapat diketahui kapan waktu untuk petani memulai menanam tembakau dan tidak," pungkasnya.
"Kami minta agar petani tembakau tidak terburu-buru dan waspada dengan kondisi cuaca. Sebab saat ini, kondisi cuaca tidak menentu dan cenderung berubah-rubah," kata Nasah Bandy, Kepala Bidang Perkebunan Dishutbun Sumenep, kepada www.today.co.id, Kamis (12/05/2011).
Menurutnya, kondisi cuaca yang tidak menentu mengancam terhadap kualitas tembakau bagi petani yang menanam tembakau lebih awal, terutama yang ada di lahan rendah.
"Sejumlah petani tembakau seperti Kecamatan Bluto, Lenteng dan Pasongsongan sudah menamam tembakau. Padahal, kondisi cuaca masih belum bisa dipastikan," imbuhnya.
Apalagi, lanjutnya, ploting areal pertanian tembakau dari pemerintah provinsi belum ditentukan. Namun, jika berkaca pada tahun 2010 lalu kemungkinan besar luar areal tanam tembakau akan lebih meningkat. Cuma, kepastiannya masih menunggu dari Pemprov Jatim.
"Tahun 2010, luas areal tanaman tembakau mencapai 9.166 hektare dengan hasil produksi 5500 ton. Kemungkinan, tahun ini akan lebih meningkat lagi," tegasnya.
Dia menjelaskan, biasanya memasuki bulan Mei, petani tembakau sudah banyak tanam tembakau. Tapi karena cuaca yang tidak dapat dipastikan, hanya sebagian kecil petani tembakau yang mulai menggarap lahannya untuk ditanami tembakau.
"Memang, jika petani terpaksa menanam tembakau lebih awal beresiko karena akan berdampak pada kualitas tembakau khususnya di perairan rendah. Makanya, kami meminta agar petani tembakau waspada dan berhati-hati melakukan penanaman agar tidak rugi,"tandasnya.
Sementara itu, anggota Komisi B DPRD Sumenep, M Fausi meminta agar Dishutbun Sumenep berkordinasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kalianget Sumenep terkait kepastian musim kemarau.
"Kordinasi tersebut penting untuk dilakukan sehingga dapat diketahui kapan waktu untuk petani memulai menanam tembakau dan tidak," pungkasnya.
sumber: today
Tidak ada komentar:
Posting Komentar