Sabtu, 08 Oktober 2011

Upacar Adat Pangkak, Kearifan Lokal dari Pulau Kangean

Ke arah timur +/- 99 millaut dari kota Sumenep terdapat sebuah pulau yang berjarak yaitu Pulau Kangean.Pulau ini dapat ditempuh dengan menggunakan kapal 7 jam perjalanan. Pusatkegiatan administrasi laut atau perahu mesin pemerintahan di pulau ini adalahdi Kecamatan Arjasa, dimana di tempat ini salah satu potensi budaya tumbuh,berkembang, memasyarakat, dan menarik sebagai suatu kekhasan seni budaya diKabupaten Sumenep, yaitu Upacara Adat “Pangkak” yang terdapat di DesaKalikatak.

Upacara adat ini berawaldari sebuah tradisi unik masyarakat Pulau Kangean. Yang biasanya mengadakanacara panen (menuai padi) bersama, dengan tujuan sebagai rasa syukur masyarakatdan pemupuk rasa kebersamaan.
Upacara ini dikemasdengan memadukan ritual keagamaan, kesenian, dan aktivitas masyarakat setempatdalam keseharian. Upacara Pangkak bukanlah upacara besar sebagai manaupacara-upacara ritual yang dilakukan masyarakat Sumenep pada umumnya. Namunupacara ini, lebih menonjolkan sifatnya yang sederhana, unik, kebersamaan, danjauh berbeda dengan upacara yang kita kenal (misalnya NYADAR), upacara Pangkaksangat jauh dari hal-hal yang berbau mistis.
Karena sifatnya yangkedaerahan dan sangat sederhana, upacara Pangkak sendiri kurang mendapatperhatian dan sorotan dari masyarakat maupun dari pemerintah Sumenep. Tak ayaljika keluar sedikit dari kawasan Kangean, Pangkak menjadi sebuah nama yangasing bagi para pendengarnya. Meskipun demikian yang tak boleh dilupakan adalahbahwa Pangkak merupakan salah satu tradisi peninggalan yang dapat menunjukansuatu identitas social kehidupan dari masyarakat Pulau Kangean, sehingga tidakberlebihan kiranya jika bukan hanya masyarakat Pulau Kangean saja yang menjagaidentitas tersebut, namun kita secara bersama-sama saling menyelamatkan upacaraadat yang hampir punah ini.
Seperti halnya desa-desalain, desa Angon-angon mempunyai beberapa adat istiadat yang tidak jauh bedadengan mereka, diantaranya adalah adapt pernikahan.
Seperti yang dikutip daripara sesepuh, soal peminangan seorang gadis sampai pada acara pernikahannya,maka pada mulanya orang tua para dua calon mempelai membuat suatu kesepakatantanpa sepengetahuan dua calon mempelai tesebut karena sudah menjadi adaptataupun tradisi sejak nenek moyang terdahulu. Konon katanya selalu dijodohkanpada famili-familinya sendiri dengan alas an agar ikatan kekeluargaan tidakterputus dan menjadi keluarga besar secara turum temurun.


Kemudian menurutkebiasaan para orang tua laki-laki, sehingga akan selalu melihat danmemperhatikan di setiap kalangan keluarga-keluarganya sendiri, barangkalidisitu kebetulan ada gadisnya, barulah para orang tua bermusyawarah untukmeminangnya. Setelah ada kesepakatan maka orang tua laki-laki mendatangi rumahsi gadis tersebut dengan membawa kopi gula, dengan maksud sementara menanyakansi gadis itu, walaupun sebenarnay sudah tahu bahwa si gadis itu kosong. Namunjawabannya sementara dari pihak orang tua si gadis menyampaikan terima kasihatas kunjungannya. Setelah bermufakat dengan para sesepuh barulah orang tua mengunjungirumah pihak laki-laki dengan membawa kue-kue ala kadarnya sebagai pernyataansetuju.

Selanjutnya, datanglahpihak laki-laki untuk kedua kalinya dengan membawa Pisang dan Nangga Sari.Sementara art dari persembahan-persembahan tadi mengandung makna yang penting.Misalanya pisang ini ada dua macam yaitu pisang muda dan pisang yang sudahmatang. Pisang muda dapat diartikan bahwa perkawinan masih lama waktunya.Sedangkan pisang yang sudah matang mengandung arti bahwa perkawinannya sudahtidak lama lagi waktunya. Kemudian makna dari Nangga Sari ialah mencari(Asare).
Karena peminangan tadisudah disetujui, maka keesokan harinya datanglah si tunangan laki-laki ketempatsi gadis dengan membawa sepikul kayu bakar sebagai persembahan dan sebagaisuatu tanda bahwa si tunangan sudah bertandang, dengan maksud ngapel (Asanjhe).
Selanjutnya setelahpertunangan terus berlangsung maka tibalah waktunya pada musim semi, sebagaipetanda bahwa sebentar lagi para petani turun kesawahnya masing-masing.Biasanya bagi bisan perempuan mengadakan selamatan mengundang bisan laki-lakidan tetangga terdekat sedangkan bisan laki-laki membawa beras sekaligus denganrempah secukupnya. Sesuai itu keesokan harinya pergi ke leluhurnya untuk mintasaat yang bagus, sesuai keyakinan diwaktu itu, barulah bisa turun ke sawahnyabesama-sama dengan bisan untuk mengolah tanah sawah tersebut dan menanam bibitpadi. Menjelang kemudian setelah bibit padi siapa di tananam, maka bisanperempuan mengundang lagi untuk bercorak tanam bersama-sama.
Setelah tanam padi terusbergabung hingga padi semakin tua, maka petani membangun gubuk-untuk tempatberteduh sambil menunggu saat panen padi tiba (Arangge’). Setelah padi mualaimenguning maka para petani berbondong-bondong menempati gubuk tersebut disawahnya masing-masing (Apondung) menyiapkan segala sesuatunya untuk saat panenpadi nanti, dengan berbulan-bulan di sawahnya manjaga padinya yang sudah siapdi panen.
Saat panen tiba maka parapetani yang hasil taninya banyak dan memuaskan, mereka sambil lalu mengadakankesenian Pangkak. Pangkak di lakukan oleh para lelaki sedangkan perempuaannyamenonton sambil memanen padi.
Pangkak adalah musik yangterbentuk suara mulut yang disertai dengan tari-tarian. Di tengah–tengahpermainan seni Pangkak para tetangga sekitarpun semakin senang dan makin banyakyang berdatangan sehingga para pemanen para pemanen padi semakin senang dansemakin banyak yang berdatangan sehingga para pemanen padi semakin semangatmenyelesaikan perkerjaannya .
Pangkak waktu dulu telahmembudaya hingga hingga cara berpakaiyanpun sangat rapi diantaranya: sarungmerah, baju putih dan memakai blangkon (SENGEL).
Setelah panen selesai,maka padi tersebut diangkut dengan kuda yang beriring – iringan. Menurutkebiasaan diwaktu dulu, setelah padi sudah di tempatlama kemudciaan dari pihakperempuan berbincang – bincang merencanakan hari dan tanggal perkawinan.Setelah hari tanggal dan waktu acara sudah di tentukan maka bisan perempuanmemberitahukan kepada bisan laki – laki tentang keputusan waktu pernikahan.Kurang lebih sekitar 1 bulan menjelang hari pernikahan biasanya dari pihak laki– laki mengadakan acara yang di namakan PEPENTA'AN
Pepenta'an dilakukandengan mengondang sanak familinya sendiri dan tetannga terdekat yang dilakukansore hari dengan berbondong – bondong sepanjang jalan yang berjulah sekitar 300orang. Ada yang membawa kue seperti rangginang dan ada juga yang membawaperalatan seperti lamari, ranjang kasur dan lain–lain yang din iringi kesenianadat yaitu GENDENG DUMEK .
Keesokan harinya daripihak perempuan mengadakan acara ke tempat pihak laki–laki yang di sebutBEBELESAN. Selanjutnya sampailah pada hari akat nikah yang di rayakanseperlunya. Kemudian berikuanya di adakan suatu acara yang di namakan PANGANTENATOLO, yaitu pengantin laki–laki mau memasuki rumah pengantin perempuan yangdilakukan malam hari yang diiringi dengan oleh para keluarga dengan cara yaitusekitar 5 meter dari pintu masuk, maka pengantin laki-laki dan rombongannyajalan berjongkok sambil kedua tangannya menyalami kedua mertuanya. Sedangkanpengantin wanitanya menunggu di dalam kamar. Sorak para tamu dan undangan takterhentikan ketika pengantin laki-laki memasuki kamar wanita.
Keesokan harinyadilanjutkan dengan hiburan KOKOCORAN yang diselenggarakan sore hari yaitu parakeluarga daan kerabat menari mengelilingi kedua dua mempelai dengan gamelan dankebiasaan yang lain untuk meramaikan acara .

Pada malam kedua,kegiatan pentunjukan terus berlangsung seperti diadakan acara kesenian sepertiMACOPAT (melle’an) dan kedua mempelai tidak diperbolehkan untuk tidur selamaacara berlangsung satu malam suntuk untuk mendengarkan sura macopat yang merduyang dinamakan KAPOTREN.

Adat-istiadat terusberlangsung sehingga beberapa bulan kemudian sampai mempelai hamil, setelahkandungangnya berusia 7 bulan maka diadakan syukuran yang biasanya sebut denganselamatan 7 bulan, caranya ibu hamil didudukkan di atas kelapa sambil sangdukun dan para sesepuh menyerami air dengan cara bergantian kemudian kelapatadi dibelah dua dan dilemparkan ke atas untuk menentukan apakah yang akandilahirkannya nanti laki-laki atau perempuan. Setelah ruwat dilakukan biasanyaada sedikit perubahan pada ibu hamil tersebut seperti ngidam.

Beberapa bulan kemudian,lahirlah seorang bayi dan biasanya para kerabat dan tetangga menjenguknya. Danpada saat bayi berusia 40 hari diadakan acara selamatan yang biasanya disebutAQIQAH sekaligus pemberian nama.

Peristiwa Pangkak

Perlu diketahui terlebihdahulu, Upacara Adat Pangkak memiliki artian upacara pemotongan padi ataupemangkasan padi saat tiba masa panen. Artian ini diperoleh dari kata Pangkakyang dapat diartikan memotong atau memangkas dalam bahasa Madura.

Dapat diuraikan aktifitassebelum panen berjalan seperti biasa, mulai dari penanaman bibit, prosespenyiraman, pemberian pupuk, setelah mencapaimasa panen barulah aktifitasperayaan dipersiapkan. Dalam hal ini pemilik sawah bersiap-siap untuk merayakanUpacara Adat Pangkak. Persiapannya meliputi:

  1. Mempersiapkan surat undangan yangakan disebar dan memberikan pengumuman kepada para tamu yang akan di undang.Semakin banyak tamu yang menghadiri acara tersebut semakin bangga pula sangpemilik sawah.
  2. Mempersiapkan sesajen dan perlengkapanyang diperlukan
  3. Menunjuk seorang tetua adat untukmemimpin acara tersebut.


Setelah segala sesuatuyang diperlukan telah terasa siap, maka acara tersebut dapat dilaksanakan.Acara ini dilaksanakan pada malam bulan purnama dimana para undangan telahberada dan berkumpul di tengah sawah dengan mengenakan pakaian bagus berwarnanorak. Selain itu sang pria bertugas mengangkut padi dan kaum wanita bertugasmenuai padi, kemudian acara dimulai dengan pembacaan doa/parikan/mantra olehpawang pangkak desa setempat.

Adapun mantra tersebut ialah sebagai berikut:

Ambololo hak-hak, ambololo harra
akadi omba’ gulina padi
masa arangga’ terbhi’padi
togur reng tani lebur eoladi e masa reng tani arangga’ padi

Ambololohak-hak, ambololo harra
gumbhira kejung sambi atandhang
ka’dissa oreng lake’nabbu gendang
tal-ontalan palotan sambi atandhang
tanda nyare judu ate lodang
Ambololo hak-hak, ambololo harra

terjemahan bebasnya:

Ambololo hak-hak,ambololoharra
Andai ombak ayunan padi
Masa panen dekat menanti
Pondokan petani indahdilihat
Dimasa petani memotong padi

Ambololo hak-hak, ambololo harra
Riang lagusambil menari
Disana lelaki menabuh gendang
Saling melempar ketan silihberganti
Tanda jodoh dicari
Ambololo hak-hak, ambololo harra

Setelah pawangpangkak membacakan mantranya, kemudian acara selanjutnya diisi dengantari-tarian yang diiringi berbagai jenis musik pengiring. Adapun tari-tarianyang dibawakan adalah

  1. TariNgagga Manok (Tari Halau Burung): Tari yang dilakukan dipinggir sawah dimanagerakanya menyurupai menghalau burung agar tidak mendekat kearah padi yangsedang tumbuh.
  2. TariRonjhangan (Tari menumbuk Padi: Tarian yang dilakukan bersamaan dengan saat parawanita menumbuk padi secara bersamaan dan berleingan.
Selain itu untuk memperindah tarian tersebut juga diselingi beberapa musik pengiring yang berupa:
  1. Saronen:Musik tradisi rakyat yaitu Kennong Tello’
  2. Ronjangan:Alat penumbuk padi yang terbuat dari batangan kayu panjang yang diberi lubangsepanjang batang kayu.
Lihat juga Mamajir Tradisi Masyarakat Pulau Kangean Sambut Masa Tanam

dirangkum dari: berbagai tim liputanmadura

2 komentar:

Lontar Madura mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
Lontar Madura mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.