Rabu, 12 Oktober 2011

Upacara Nyadar

Sebagai salah satu Kabupaten di Madura, Sumenep merupakan daerah yang kaya akan seni tradisi, baik yang berupa seni profan maupun yang bersifat ritual. Keberagaman wilayah dan penduduknya dengan aneka sumber penghidupan penduduknya telah menimbulkan berbagai bentuk keseneian yang khas. Bila dunia pertanian, kemudian memunculkan kesenian kerapan Sapi maka dalam masyarakat petani garam di daerah Pinggir Papas mengenal tradisi Upacara Adat Nyadar.


Nyadar merupakan salah satu bentuk penghargaan warga pinggir papas tertahap leluhur mereka yang bernama Pangeran Anggosuto yang banyak berjasa memberikan pengetahuan mengenai teknik pembuatan garam.

Dalam catatan sejarah Sumenep, Anggosuto dikenal sebagai pahlawan yang berjasa menyelamatkan orang-orang tentara Bali yang terdesak ketika kalah perang melawan pasuka Kraton Sumenep.

Dalam peristiwa tersebut panggeran Anggosuto memberikan jaminan kepada Raja Sumenep, bahwa sisa tentara Bali yang ada di Pinggirpapas menjadi tanggung jawabnya. Jaminan yang diberikan pangeran Anggosuto dapat diterima oleh Raja Sumenep sehingga kemudian orang-orang yang kalah perang tersebut menjadi cikal bakal penghuni daerah Pinggirpapas.

Untuk mengingat jasanya sampai saat ini pemakaman pangeran Anggosuto menjadi tempat pelaksanaan ritual upacara Nyadar. Pelaksanaan nyadar didasarkan pada perhitungan pergeseran bintang antara tanggal 21 Maret dan 21 Juni setiap marahari bergeser pada equator menuju garis balik utara (23,5° LU). Pada posisi itu Bintang Karteka (Kartika) dan Bintang Nanggele (bintang bajak) muncul dari arah timur.

Upacara nyader di desa Kebundadap Barat Kecamatan Saronggi merupakan acara rutin yang dilaksanakan tiga kali dalam setahun, yaitu:
  1. Bulan Juli merupakan Nyadar pertama
  2. Bulan Agustus merupakan Nyadar kedua
  3. Bulan September merupakan Nyadar ketiga


Hari yang ditetapkan untuk pelaksanaan upacara itu adalah hari Jumat (hari pertama) dan Sabtu (hari kedua). Penentuan tanggal pelaksanaan menjadi tanggung jawab penghulu, lalu ia melapor pada ketua adat dan keputusan disahkan dalam upacara perembukan (musyawarah).

Upacara adat dipimpin oleh empat orang berdasarkan asal muasal leluhurnya. Para pemimpin itu dibantu oleh seorang penghulu yang dilantik pada saat dilaksanakan upacara nyadar. Mereka juga dibantu oleh juru do’a.

Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan upacara nyadar yang diadakan di desa Kebundadap, persyaratan tersebut ada hubungannya dengan peringatan Maulid Nabi, diantaranya:

  • Pelaksanaan upacara tidak diperkenankan diadakan sebelum tanggal 12 Maulid
  • Selamatan yang diadakan tidak boleh melebihi besarnya selamatan yang diadakan untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

Peserta upacara nyadar terlebih dahulu diwajibkan merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW
Semua prosesi yang dilaksanakan pada upacara nyadar mempunyai makna tersendiri, ada yang untuk keselamatan, mendapatkan berkah dan ampunan dari Allah SWT.

sumber: http://www.sumenep.info

Tidak ada komentar: