Indonesia dalam terpaan krisi ekonomi |
Berbagai upaya, seperti menjaga konsumsi domestik, meningkatkan ekspor dan investasi, serta memperbaiki kondisi infrastruktur,harus dilakukan ”Ketidakpastian ekonomi masih terus membayangi hampir semua kawasan, tidak terkecuali Asia seperti China, India dan Indonesia. Karena itu semua negara termasuk yang sedang berkembang harus berupaya keluar dari ketidakpastian itu,”ujar guru besar ekonomi Stern School of Business, New York Univesity, AmerikaSerikat (AS), Prof Dr Nouriel Roubini, saat ceramah ekonomi di Gedung BKPM,Jakarta,kemarin.
Acara bertajuk Global Economic Challenges and Its Impact on Indonesia itu juga diikuti Menteri Perdagangan Gita Wirjawan sebagai pembicara, dan sejumlah pemrasaran dari kalangan ekonom seperti Emil Salim,Aviliani, Mirza Adityaswara, dan Fauzi Ichsan. Roubini menuturkan,hingga kini dampak ketidakpastian global belum menunjukkan pengaruh langsung terhadap ekonomi nasional karena Indonesia didukung kekuatan pasar domestik.
Rasio utang terhadap produk domestic bruto (PDB) di tahun 2011 masih sehat yaitu sebesar 25,2%, lebih rendah dibanding dengan, rasio tahun 2009 dan 2010, masing-masing 28,6% dan 27,4%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diyakini masih tetap positif, bahkan cenderung meningkat.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2011 diprediksi mencapai 6,2%, naik dari tahun 2009 sebesar 4,5% dan 2010 sebesar 6,1% . Dalam pidato hampir satu jam,Roubini juga mengatakan, ketidakpastian ekonomi akibat krisis Eropa dan AS sudah mulai terlihat, tetapi dampaknya belum terasa besar pada sektor korporasi milik negara (BUMN) maupun swasta.
Meski begitu, perlu diantisipasi, dalam jangka panjang jika krisis Eropa dan AS tidak segera dicarikan solusinya, akan memengaruhi investasi, menyulitkan permodalan perusahaan, dan akhirnya berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi. ”Sebaliknya, keputusan yang positif bagi pasar Eropa dan AS akan berpotensi menggerakkan ekonomi negara berkembang di sektor manufaktur, perdagangan, jasa teknologi informasi, termasuk mendorong investasi asing langsung,”kata Roubini.
Penting: Penguatan Ekonomi Domestik |
Pendiri perusahaan konsultan ekonomi terkemuka di AS, Roubini Global Economics, ini memuji ekonomi Indonesia yang masih cukup bagus menghadapi krisis. Selain karena ditopang konsumsi domestik yang besar, ekonomi Indonesia juga ditopang peningkatan pasar ekspor nasional. ”Indonesia dan India merupakan dua negara yang cukup eksis karena sebesar50–60% perekonomiannya ditopang konsumsi masyarakat. Ini bisa menjadi ukuran ketahanan ekonomi suatu negara,” tegasnya.
Menteri Perdagangan Gita Wirjawan menuturkan, meskipun konsumsi dalam negeri cukup besar, dibutuhkan kebijakan agar mampu menjaga laju pertumbuhan ekspor. ”Yang pasti dalam kondisi seperti sekarang ini kita harus memperkuat pasar domestik dan menjaga pasar ekspor agar tidak tergerus,”kata Gita. Dia memastikan krisis yang saat ini terjadi belum memengaruhi pasar ekspor.
Target ekspor 2011 masih sebesar USD200 miliar meski tidak mudah memenuhi target angka itu. ”Ini (krisis ekonomi) harus dijadikan peluang untuk membuka pasar ekspor ke negara lain. Pusat perdagangan dunia segera beralih ke pasar Asia. Dengan peningkatan kompetisi, kita bisa menjadikan seluruh produk, terutama berbasis hayati, memenangkan persaingan di pasar global,” ujarnya.
Dia menuturkan, sumber daya manusia dan infrastruktur merupakan kunci pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Infrastruktur perlu diperbaiki, sehingga bisa menekan biaya logistik. ”Karena jika biayanya tinggi, maka akan membuahkan tekanan terhadap inflasi,” ujarnya. Menteri Perindustrian,MS Hidayat,menambahkan,infrastruktur merupakan kelemahan utama Indonesia.
Selain itu, ke depan Indonesia harus menekan ekspor barang, khususnya yang berpotensi memiliki nilai tambah tinggi. ”Jadi jangan ekspor mentah terus,”ucap Hidayat. Mantan Ketua Umum Kadin Indonesia ini juga mengingatkan pelaku usaha di Indonesia agar mewaspadai perang dagang yang saat ini mulai terjadi dengan meningkatkan kualitas produk sehingga bisa lebih kompetitif. ”Dia (Nouriel) melihat China sedang mengalami masalah competitiveness. Kita bisa ambil peluang itu,”tandasnya.
Pengamat ekonomi Ikhsan Modjo mengatakan, perekonomian Asia dan Indonesia akan terkena dampak tidak langsung dari ketidakpastian global.Dampak itu bisa terjadi melalui mekanisme keuangan dan perdagangan. Khusus transmisi melalui mekanisme keuangan,Asia dan Indonesia sesungguhnya sudah merasakan dampak ketidakpastian AS dan Eropa dengan adanya tekanan terhadap bursa saham dan nilai tukar. ”Akan tetapi reaksi berupa realokasi portofolio ini hanya bersifat sementara,” katanya.
Adapun melalui mekanisme perdagangan, pelemahan ekonomi AS dan Uni Eropa akan mengurangi penyerapan ekspor. Imbas selanjutnya, perlambatan ekspor akan menyebabkan melemahnya pertumbuhan ekonomi domestik. Namun, dampak dari sisi perdagangan ini tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Indonesia tidak terlalu bergantung terhadap ekspor dibandingkan negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi sebelumnya mengatakan, krisis yang terjadi saat ini akan lebih berat dibandingkan 2008. Krisis kali ini dialami negara, sedangkan pada 2008 terjadi pada sektor keuangan. Indonesia dipastikan terkena imbas di sisi permintaan pasar ekspor, terutama dari Eropa.Menurutnya solusi yang paling ampuh dari krisis saat ini dan ke depannya adalah menguasai pasar dalam negeri.
Sumber: sindo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar