“Karapan Sapi Tanpa Kekerasan“. Yang di sebut sebagai kembalinya Karapan Sapi pada tradisi awal Karapan Sapi yang tidak menyiksa Sapi.
Umumnya kita ketahui disetiap perlombaan Karapan Sapi, dua pasangan sapi selalu mendapatkan “Siksaan” fisik dari sang pemilik maupun dari “tokang tongkok” (joki). Siksaan berupa dilumurinya badan sapi dengan aneka macam cairan panas (seperti Air Cabai, Balsem, dan Spirtus) serta penggunaan Rekeng (alat pemukul dengan paku) yang digunakan saat sedang memacu Sapi.
Dan semua model penyiksaan tersebut, sebenarnya tidak ada diawal kelahiran Karapan Sapi itu sendiri. Setdiaknya begitulah yang disampaikan salah satu tokoh Karapan Sapi asal Bangkalan, yang menyelenggarakan kegaitan Karapan Sapi Tanpa Kekerasan di Pulau Sapudi waktu itu.
Tokoh Karapan Sapi yang telah puluhan tahun melestarikan budaya Karapan Sapi tersebut bahkan mengungkapkan tidak ada perbedaan mencolok antara Karapan Sapi dengan Kekerasan dan Karapan Sapi Tanpa Kekerasan, selain penyiksaaan terhadap Sapi itu sendiri. Dan sepanjang pengamatan saya selama 2 hari di Pulau Sapudi, memang tidak ada perbedaan sama sekali. Setiap pasangan sapi yang dilombakan bergerak dengan cepat dan Saling Kejar sama halnya dengan Karapan Sapi yang masih menggunakan Rekeng dan Menyiksa Sapi